Candi Buddha di Indonesia – Sejarah, Budaya dan Tempat Wisata

14 min read

Candi Buddha di Indonesia - Candi Plaosan - Jawa Tengah

Candi Buddha di Indonesia

Agama Buddha atau Buddhisme berasal dari anak benua India yang meliputi beragam tradisi, kepercayaan dan praktik spiritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar”). Berikut adalah daftar candi Buddha di Indonesia:

 

Candi Buddha di Indonesia – Pulau Jawa

Banyunibo

Yang berarti ‘air jatuh-menetes’ dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari Kota Yogyakarta ke arah Kota Wonosari. Sekitar 5,6 km ke arah selatan dari candi Prambanan, dan secara administratif terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

 

Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.

Berdasarkan analisis radiometri karbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.

 

Bojongmenje

Candi Bojongmenje merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia yang terletak di Jawa Barat. Yang lebih dikenal dengan Situs Rancaekek, merupakan komplek purbakala yang diduga merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kalurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat. Situs ini terletak di dekat kawasan industri sehingga keberadaannya terancam.

Bersama-sama dengan Candi Cangkuang dan Situs Percandian Batujaya dan Situs Cibuaya, situs ini merupakan satu dari sedikit bangunan peninggalan masa Hindu-Buddha yang masih bisa dilacak di Jawa Barat. Dugaan awal oleh para ahli arkeologi Candi Bojongmenje merupakan peninggalan dari abad ke 7. Bila hal itu benar, maka Candi Bojongmenje memiliki usia yang jauh lebih muda dibandingkan Candi di situs Batujaya yang merupakan peninggalan abad ke 2.

 

Bojongmenje
Candi Bojongmenje – Jawa Barat. Sumber foto: Moreblazz / Wikimedia Commons

 

Borobudur

Terletak di Borobudur, Magelang di Jawa Tengah dan berjarak sekitar 15 kilometer dari Yogyakarta. Awal konstruksi sekitar 770 Masehi dan selesai sekitar 825 Masehi.

Hingga saat ini, Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahun, umat Buddha datang dari seluruh Indonesia dan luar negeri untuk berkumpul di Borobudur untuk memperingati Hari Raya Waisak.

 

Candi Borobudur - Jateng
Sejarah Candi Borobudur. Candi Buddha Mahayana abad ke-9. Sumber foto: Prayudi Hartono / Flickr

 

Brahu

Merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia, yang terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kota Majapahit. Tepatnya, candi ini berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, atau sekitar dua kilometer ke arah utara dari jalan raya Mojokerto-Jombang.

Diperkirakan, candi ini didirikan pada abad ke-15 Masehi meskipun masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa candi ini berusia jauh lebih tua daripada candi-candi lain di sekitar Trowulan.

 

Bubrah

Berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara administratif, candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. (wikimapia)

Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah dalam bahasa Jawa) sejak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu periode dengan Candi Sewu.

 

Dawangsari

Verada di sebelah utara dari Candi Barong, yaitu di dusun Dawangsari, Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada saat pertama kali ditemukan, reruntuhan candi ini mempunyai beberapa stupa yang merupakan pertanda Buddhisme dan patung Ganesha sebagai perlambang akan pemujaan terhadap agama Hindu.

 

Gampingan

Terletak di dusun Gampingan, Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, yaitu di sebelah timur kota Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.

 

Jabung

Terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura.

Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja.

 

Jago

Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama Candi Jago (abad ke-13) sebenarnya berasal dari kata “Jajaghu”, yang didirikan pada masa Kerajaan Singasari pada abad ke-13. Jajaghu, yang artinya adalah ‘keagungan’, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci. Candi ini berlokasi di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur atau sekitar 22 km dari Kota Malang.

Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada Prasasti Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D. 214.

 

Jawi

Nama aslinya adalah Jajawa, yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Singasari yang terletak di terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia (sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan).

Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

 

Kalasan

Terdapat di desa Kalasan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta, Indonesia. Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km dari candi Prambanan.

Berdasarkan prasasti Kalasan pada tahun 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para pendeta.

Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra. Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini dapat diidentifikasikan dengan Dharanindra atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah dari SamaragrawiraSehingga candi ini dapat menjadi bukti kehadiran Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijayadi Sumatra atas Jawa. Selanjutnya lihat: Candi Kalasan

 

Candi kalasan yogyakarta
Candi Kalasan – Yogyakarta. Sumber foto: Wikimedia Commons

 

Lumbung

Cndi Lumbung merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia. Terletak di salah satu kompleks percandian Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah.

Meskipun demikian, Candi ini telah masuk ke wilayah Jawa Tengah, yaitu di Kabupaten Klaten. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram.

 

Mendut

Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Persis di sebelah candi Mendut terdapat vihara Buddha Mendut. Vihara ini dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya adalah sumbangan dari Jepang.

 

Ngawen

Yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Sailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Menurut Soekmono keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah bangunan suci yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M, yaitu Venuvana (Sanskerta: ‘Hutan Bambu’).

Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya tampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih tampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari dan kala-makara.

 

Pawon

Terletak di Kabupaten Magelang. Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat.

Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung).

 

Plaosan

Sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.

Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Pada masa lalu, Kompleks percandian ini dikelilingi oleh parit berbentuk persegi panjang. Sisa struktur tersebut masih bisa dilihat sampai saat ini di bagian timur dan barat candi.

 

Candi Buddha di Indonesia - Candi Plaosan - Jawa Tengah
Candi Plaosan Lor. Salah satu candi Buddha di Indonesia. Sumber foto: Tiwuk Suwantini / Wikipedia

 

Ratu Baka

Situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. Ratu Baka atau Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang(Mataram Hindu).

Nama “Ratu Baka” berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Baka (bahasa Jawa, arti harafiah: “raja bangau”) adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Loro Jonggrang.

 

Sari

Disebut Candi Bendah adalah salah satu candi Buddha di Indonesia yang berada tidak jauh dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang tampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.

Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

 

Sewu

Candi Sewu atau Manjusrighra adalah salah satu candi Buddha di Indonesia yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya memiliki 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan “Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.

Berdasarkan Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 dan Prasasti Manjusrigrha yang berangka tahun 792 dan ditemukan pada tahun 1960, nama asli candi ini adalah ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Klik disini untuk mengetahui sejarah lebih lanjut dan kisah tentang Loro Jonggrang.

 

Candi Sewu dilihat dari udara - pola Mandala Wajradhatu
Kompleks Candi Sewu dilihat dari udara membentuk pola Mandala Wajradhatu. Sumber foto: Gunkarta / Wikimedia

 

Candi Sewu Jateng
Candi Sewu atau Manjusrighra adalah salah satu candi Buddha di Indonesia yang dibangun pada abad ke-8. Sumber foto: Crisco / Wikimedia

Sojiwan

terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebuah ciri khas candi ini ialah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada.

Candi ini terletak kurang lebih dua kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, dari gerbang Taman Wisata Candi Prambanan meyeberang jalan raya Solo-Yogyakarta masuk ke jalan kecil menuju ke arah selatan, menyeberang rel kereta api, lalu pada perempatan pertama berbelok ke kiri (timur) sejauh beberapa ratus meter hingga candi terlihat di sisi selatan. Candi ini telah selesai dipugar pada tahun 2011.

 

Sumberawan

Candi Sumberan merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia yang terletak di daerah Malang.  Saat ini, candi ini hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.

Para ahli purbakala memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal dalam kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 masehi, sewaktu ia mengadakan perjalanan keliling. Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan dagoba (stupanya) dapat diperkirakan bahwa bangunan Candi Sumberawan didirikan sekitar abad 14 sampai 15 masehi yaitu pada periode Majapahit. Bentuk stupa pada Candi Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.

 

Trowulan

Adalah kawasan kepurbakalaan dari periode klasik sejarah Indonesia yang berada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai temuan yang diangkat di sini menunjukkan ciri-ciri pemukiman yang cukup maju. Berdasarkan kronik, prasasti, simbol, dan catatan yang ditemukan di sekitar kawasan tersebut, diduga kuat situs ini berhubungan dengan Kerajaan Majapahit.

Kawasan berdirinya struktur-struktur besar (candi, makam, dan kolam) mencakup wilayah sekitar 5 km × 5 km, dipotong oleh jalan negara yang menghubungkan kota Jombang dan Surabaya.

Namun demikian, temuan-temuan yang terpendam diketahui berada di luar kawasan tersebut dan mencakup kawasan lebih luas dengan ukuran 11 km × 9 km, hingga mencakup pula wilayah timur Kabupaten Jombang.

 

Candi Buddha di Indonesia – Pulau Sumatra

Biaro Bahal

Candi BahalBiaro Bahal, atau Candi Portibi adalah Candi Buddha di Indonesia di Sumatra. Merupakan kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatra Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan.

Candi ini terbuat dari bahan bata merah dan diduga berasal dari sekitar abad ke-11 dan dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, salah satu pelabuhan di pesisir Selat Malaka yang ditaklukan dan menjadi bagian dari mandala Sriwijaya. Memiliki 3 bangunan kuno yaitu: Biaro Bahal I, II dan III.

Saling berhubungan dan terdiri dalam satu garis yang lurus. Biaro Bahal I yang terbesar. Kakinya berhiasan papan-papan sekelilingnya yang berukiran tokoh yaksa yang berkepala hewan, yang sedang menari-nari. Rupa-rupanya para penari itu memakai topeng hewani seperti pada upacara di Tibet. Di antara semua papan berhiasan itu ada ukiran singa yang duduk.

Di Bahal II pernah ditemukan sebuah Arca Heruka yaitu Arca Demonis yang mewujudkan tokoh pantheonAgama Buddha aliran Mahayanan, sekte bajrayana atau tantrayana. Heruka berdiri di atas jenazah dalam sikap menari; pada tangan kanannya ada tongkat. Bahal III berukiran hiasan daun.

Candi ini diberi nama berdasarkan nama desa tempat bangunan ini berdiri. Selain itu nama Portibi dalam bahasa Batak berarti ‘dunia’ atau ‘bumi’ istilah serapan yang berasal dari bahasa sansekerta: Pertiwi (dewi Bumi).

Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi Jabung yang ada Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

 

Muara Takus

Terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.

Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi sulung /tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.

Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad ke-4, ada yang mengatakan abad ke-7, abad ke-9 bahkan pada abad ke-11. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarahwan menganggap kawasan ini merupakan salah satu pusat pemerintahan dari Kerajaan Sriwijaya.

 

Muaro Jambi

Dengan luas 3981 hektar. yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Sumatra, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi.

Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muara Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatra. Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut tentang Candi Muaro Jambi.

.

 

Candi gumpung muaro jambi di sumatra
Candi Gumpung, Muaro Jambi, Sumatra. Sumber foto: Gunawan / Wikimedia

 

Lesung Batu

Candi Lesung Batu merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia yang terletak di kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan, Indonesia.

Candi tersebut terletak di perkebunan karet milik masyarakat yang saat ini masih produktif. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Puslitarkenas, Balai Arkeologi Palembang serta Suaka Peninggalan Purbakala Jambi mengindikasikan bahwa candi dimaksud mempunyai latar belakang agama Hindhu.

Kondisi Candi Lesung Batu saat ini masih berupa gundukan tanah yang dibagian permukaannya terdapat sebaran bata kuno. Artefak yang pernah ditemukan di candi ini antara lain berupa Yoni, pecahan keramik asing, struktur bata yang saat ini kondisinya sudah sangat rapuh. Perelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di sekitar candi tersebut juga ditemukan struktur bata yang kemungkinan merupakan pagar pembatas. Guna pelestariannya, saat sekarang candi dimaksud telah diberi seorang juru pelihara yang mempunyai tugas pelestarian dan pengamannnya.

 

Candi Buddha di Indonesia – Pulau Kalimantan

Laras

Adalah situs candi berukuran kecil yang terdapat di desa Candi Laras, Candi Laras Selatan, Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan pada lokasi yang dinamakan penduduk dengan sebutan Tanah Tinggi. Candi Laras merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia yang berada di Kalimantan.

Pada situs candi ini ditemukan potongan-potongan arca Batara Guru memegang cupu, lembu Nandini dan lingga. Semuanya disimpan di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Letak candi ini tidak berada pada lokasi yang strategis, sehingga diperkirakan candi ini didirikan untuk maksud-maksud tertentu dan diperkirakan merupakan candi kenegaraan.

Di dalam daerah yang berdekatan dengan candi ini, yaitu di daerah aliran sungai Amas ditemukan pula sebuah arca Buddha Dīpankara dan potongan batu yang bertuliskan aksara Pallawa yang berkaitan dengan agama Buddha, berbunyi “siddha” (selengkapnya seharusnya berbunyi “jaya siddha yatra” artinya “perjalanan ziarah yang mendapat berkat”). kalimat tersebut mengingatkan pada baris ke sepuluh prasasti kedukan bukit peninggalan kerajaan Sriwijaya abad ke 7 M “Sriwijaya jaya siddha yatra subhiksa”. kemiripan kalimat pada kedua prasasti mungkin menunjukan adanya hubungan antara kerajaan Sriwijaya dengan Tapin. Situs purbakala Candi Laras ini diperkirakan dibangun pada 1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta Hyang dari kerajaan Sriwijaya. Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek moyang warga Tapin.

 

Sumber bacaan:

 

Denah mandala borobudur
Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Sumber foto: Gunawan Kartapranata / Wikimedia

 

Sejarah Nusantara – Kronologi Dari Zaman Prasejarah Sampai Sekarang

Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil hewan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah. Klik disini untuk membaca kronologi sejarah nusantara dari zaman prasejarah sampai sekarang di Indonesia.

 

Bacaan Lainnya

 

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “oooh begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

                       

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *