Site icon PINTERpandai

Penulis Sastra Terbaik Indonesia

Penulis sastra terbaik indonesia

Sastra Indonesia

Adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah “Indonesia” sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah politik di wilayah tersebut. Dibawah ini Anda dapat temukan 10 penulis sastra terbaik Indonesia.

Apakah Sastra itu?

Merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

10 Penulis Sastra Terbaik Indonesia

1. Pramoedya Ananta Toer

Lahir: 6 Februari 1925, Blora, Indonesia
Meninggal: 30 April 2006, Jakarta, Indonesia

Dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia dan salah satu penulis sastra terbaik Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.

Dia dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Belanda 1947-1949. Pada tahun 1965, di bawah kediktatoran Suharto, dia dikirim ke penjara Buru, dari mana dia pergi pada tahun 1979 di bawah tekanan internasional. Seorang humanis yang hebat, setia pada cita-citanya hingga akhir hayatnya pada tahun 2006, ia dipantau dan disensor secara sistematis. Karyanya luar biasa – lebih dari lima puluh novel, cerita pendek, dan esai, diterjemahkan ke dalam hampir empat puluh bahasa.

Lukisan politik, novel inisiasi cinta dan emansipasi, Buru Quartet adalah mesin romantis yang luar biasa – brilian, kuat, unik.

Karya terkenal Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia – 1980
Anak Semua Bangsa – 1980
Rumah Kaca – 1988
Gadis Pantai – 1987

Karya Pramoedya Ananta Toer

Penghargaan Pramoedya Ananta Toer:

2. Andrea Hirata

Lahir: 24 Oktober 1967, Gantung, Indonesia.

terlahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun adalah novelis yang telah merevolusi sastra Indonesia. Ia berasal dari Pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung.

Dia menghabiskan tahun-tahun sekolah pertamanya di sekolah kerdil Islam, yang membentuknya seumur hidup. Dia kemudian belajar ekonomi di Jakarta dan pergi ke Sorbonne di Paris dan Universitas Sheffield Hallam dengan beasiswa Uni Eropa, di mana dia lulus dengan gelar master di bidang telekomunikasi.

Setelah tsunami dahsyat pada Desember 2004, Hirata menjadi sukarelawan. Di Sumatera Utara, pertemuan dengan seorang guru yang sedang mencari murid-muridnya yang hilang menjadi kesempatan baginya untuk menulis novel pertamanya “Pasukan Pelangi”. Dalam buku yang segera terjual jutaan di Indonesia, Hirata menggambarkan masa sekolahnya dengan cara yang hidup dan lucu: Gedung sekolah bobrok terancam runtuh, sekolah akan ditutup untuk tambang timah, tetapi siswa dan guru bergabung untuk menjaga pelajaran tetap berjalan.

Karya tersebut difilmkan pada tahun 2008 dan dipertunjukkan di Berlinale pada tahun 2009. Karya tersebut dipentaskan sebagai musikal di Singapura dan Jakarta dan diterjemahkan ke dalam 25 bahasa pada tahun 2013. Terjemahan bahasa Jerman diterbitkan oleh Hanser Berlin pada Januari 2013.

Pada tahun 2006 hingga 2008 Hirata menulis tiga jilid lagi dari otobiografinya: “The Dreamer” (Sang Pemimpi, difilmkan pada tahun 2009), “Edensor” dan “Maryamah Karpov”. Dia sekarang telah menulis empat novel lagi; pada tahun 2010 ia mengambil bagian dalam Program Penulisan Internasional di Universitas Iowa dan meninggalkan posisinya di Telkom Indonesia yang dikelola negara untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk menulis. Pada tahun 2013 Andrea Hirata menerima Penghargaan Buku ITB 2013 dan menjadi tamu di litCologne dan Pameran Buku Leipzig – Jerman.

Karya terkenal Andrea Hirata

Sang Pemimpi – 2006
Edensor – 2007
Maryamah Karpov
Padang bulan – 2011

Novel karya Andrea Hirata

Penghargaan Andrea Hirata

3. Ayu Utami

Lahir: 21 November 1968, Bogor, Indonesia.

Justina Ayu Utami adalah seorang aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Utami dibesarkan di Jakarta, ibu kota Indonesia. Di Universitas Indonesia di Jakarta, ia belajar bahasa Rusia dan sastra dan meraih gelar sarjana. Sudah di perguruan tinggi dia menulis artikel untuk berbagai surat kabar. Dia tidak mengejar karir yang diusulkan sebagai model karena dia membenci kosmetik dan make-up. Dia mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk jurnalisme dan bergabung dengan Aliansi Jurnalis Independen (Allansi Jurnalis Independen). Pada tahun 1994 aliansi didirikan di bawah Orde Baru oleh Presiden kedua Indonesia Suharto dilarang bersama dengan sejumlah surat kabar dan majalah. Beberapa rekan ditangkap oleh rezim. Utami sendiri dilarang menjalankan profesinya. Dia terus bekerja sebagai jurnalis di bawah tanah dan merupakan penulis anonim buku hitam tentang korupsi di bawah sistem keluarga Suharto.

Novel pertama Utami Saman diterbitkan di tanah airnya beberapa minggu sebelum jatuhnya Suharto pada tahun 1998 dan dihormati oleh Kunstrat Jakarta pada tahun yang sama. Pada tahun 2000 karya tersebut menerima Penghargaan Pangeran Claus dari Belanda. Pada tahun 2001 diikuti novel kedua Utami Larung, dan pada tahun 2008 novel Pengadilan Susila.

Pada tahun 2004 Utami mengambil bagian dalam Festival Sastra Internasional Berlin dan dapat didengar di Salon Sastra Berlin di Kollwitzplatz. Pada tahun 2014 dia adalah seorang jurnalis radio untuk satu-satunya stasiun radio independen Kantor Berita Radio 68H (Radio 68H) yang didengar di seluruh Indonesia, serta seorang jurnalis dan editor bersama majalah budaya Kalam dan dia menulis untuk Utan Kayu Teater di Utan Kayu Art Center di Jakarta.

Utami adalah seorang Katolik. Dia tinggal di Jakarta.

Karya terkenal Ayu Utami

Saman – 1998
Larung – 2000
Bilangan Fu – 2008
Cerita cinta Enrico – 2012

3. Ahmad Tohari

Lahir: 13 Juni 1948, Kabupaten Banyumas, Indonesia.

Seorang sastrawan dan budayawan berkebangsaan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto (Jawa Timur). Karya monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari.

Pada 2009, Tohari mendirikan majalah Ancas (Visi) di kota kelahirannya. Awalnya dijalankan oleh hanya 10 orang, tujuan majalah ini adalah untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa daerah Banyumasan. Usaha ini terbukti sukses, dengan sirkulasi tumbuh dari 2.000 menjadi 3.500 hanya dalam dua tahun.

Bersama keluarganya, ia mengelola sebuah sekolah Islam (pesantren), dan merupakan pengekspor seni rakyat Jawa yang terkenal, dan konsultan untuk kantor wilayah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Selain itu, Tohari telah memberikan dukungannya kepada penulis muda dalam dukungannya baru-baru ini atas tiga kompilasi cerita pendek baru, dan dalam dorongan yang ia berikan kepada sekelompok penulis yang berencana untuk mendirikan sebuah penerbit independen. Tohari terus menulis, dan telah menyatakan keinginannya untuk menulis satu novel lagi untuk menandingi Ronggeng Dukuh Paruk.

Karya terkenal Ahmad Tohari

Ronggeng Dukuh Paruk -1982
Bekisar Merah – 1993
Senyum Karyamin – 1989
Kubah – 1980

4. Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin (NH Dini)

Lahir: 29 Februari 1936 (81 tahun), Semarang, Indonesia.

Lebih dikenal dengan nama NH Dini adalah sastrawan, novelis dan feminis Indonesia dan salah satu penulis sastra terbaik indonesia. Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.

Dini mengaku mulai menyukai menulis sejak duduk di bangku kelas dua. Ibunya adalah seorang seniman batik yang terinspirasi oleh budaya Jawa. Ibunya membacakan cerita dan puisi dalam abjad Jawa tradisional. Hal ini menyebabkan Dini segera mengembangkan bakat menulis karya fiksi. Pada usia 15 tahun, ia sudah membacakan puisinya di RRI (stasiun radio umum) Semarang.

Pada tahun 1956, saat bekerja sebagai pramugari maskapai Garuda Indonesia, ia menerbitkan kompilasi cerita berjudul Dua Dunia (Dua Dunia). Dia juga sempat bekerja sebagai pembawa acara radio.

Pada tahun 1960, ia menikah dengan Yves Coffin, seorang konsul Prancis untuk Kobe, Jepang. Pasangan itu memiliki dua anak: Marie-Claire Lintang dan Pierre-Louis Padang, yang dikenal luas sebagai co-sutradara dari serial film Despicable Me. Awalnya dia tinggal bersama suaminya di Jepang; kemudian dikirim ke Phnom Penh. Mereka kembali ke Prancis pada tahun 1966. Kemudian, mereka dikirim ke Manila, Filipina. Pada tahun 1976, mereka dikirim ke Detroit, Amerika Serikat.

Pasangan itu bercerai pada 1984. Dini kembali ke Indonesia dan kemudian mengajukan kewarganegaraan Indonesia. Selama bertahun-tahun, ia memimpin sebuah LSM yang didedikasikan untuk literasi di kalangan penduduk muda.

Pada tahun 2003, ia menerima Penghargaan Penulis Asia Tenggara, saat tinggal di Sleman, dekat Yogyakarta. Menjelang akhir hayatnya, ia pindah ke panti jompo, di mana ia harus menangguhkan karyanya pada sebuah novel dan memoarnya, yang memperburuk serangan vertigonya. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di panti jompo Katolik di Semarang.

Karya terkenal NH Dini

Pada sebuah kapal – 2000
Namaku Hiroko – 1977
Pertemuan dua hati – 2000
La Barka: roman – 1975

5. Taufiq Ismail

Dengan gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, ialah seorang penyair dan sastrawan Indonesia.
Tahun 2016 Taufik Ismail menjadi sorotan nasional, utamanya kalangan sastrawan dan tokoh agama, menyusul pernyataannya bahwa lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini dinilai sesat.
Salah satu seniman yang bereaksi cukup keras adalah Anang Hermansyah, politikus dan pencipta lagu yang melihat, lagu ciptaan Kusbini itu bertemakan semangat kemerdekaan dan nasionalisme. Apalagi bila melihat rekam jejak Kusbini, tidak sedikit lagu ciptaannya yang memiliki makna perjuangan yang luar biasa. Reaksi lain juga ditunjukkan oleh beberapa sastrawan antara lain Saut Situmorang, Halim HD, dan Eko Tunas.

Penghargaan Taufiq Ismail

    • Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970)
    • Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
    • South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
    • Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
    • Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992)
  • Pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993)

6. Goenawan Mohamad

Lahir: 29 Juli 1941, Kabupaten Batang – Jawa Tengah, Indonesia.
Goenawan Soesatyo Mohamad adalah seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Ia merupakan adik Kartono Mohamad, seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI.
Setelah pembredelan Tempo pada 1994, ia mendirikan ISAI (Institut Studi Arus Informasi), sebuah organisasi yang dibentuk bersama rekan-rekan dari Tempo dan Aliansi Jurnalis Independen, serta sejumlah cendekiawan yang memperjuangkan kebebasan ekspresi. Secara sembunyi-sembunyi, antara lain di Jalan Utan Kayu 68H, ISAI menerbitkan serangkaian media dan buku perlawanan terhadap Orde Baru. Sebab itu di Utan Kayu 68H bertemu banyak elemen: aktivis pro-demokrasi, seniman, dan cendekiawan, yang bekerja bahu membahu dalam perlawanan itu.
Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang memiliki pandangan yang liberal dan terbuka. Seperti kata Romo Magniz-Suseno, salah seorang koleganya, lawan utama Goenawan Mohamad adalah pemikiran monodimensional.

Karya terkenal Goenawan Mohamad

Conversations with Difference: Essays from Tempo Magazine – 2002
In Other Words – 2017
Sidelines – 1994
Catatan Pinggir – 1982

Penghargaan Goenawan Mohamad

7. Habiburrahman El Shirazy

Lahir: 30 September 1976, Semarang, Indonesia.
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil. H. Habiburrahman El Shirazy, Lc. Pg.D., lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976; umur 41 tahun, adalah novelis Indonesia. Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan penceramah.
Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan, Australia, dan Komunitas Muslim di Amerika Serikat.

Karya terkenal Habiburrahman El Shirazy (Kang Abib)

Ayat‑Ayat Cinta – 2004
Bumi cinta – 2010
Pudarnya Pesona Cleopatra – 2004
Ketika cinta berbuah surga – 2008

Karya Habiburrahman El Shirazy (Kang Abib)

8. Sitor Situmorang

Lahir: 2 Oktober 1923, Kabupaten Tapanuli Utara, Indonesia
Meninggal: 21 Desember 2014, Apeldoorn, Belanda

Seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Sitor menulis sajak, cerita pendek, esai, naskah drama, naskah film, telaah sejarah lembaga pemerintahan Batak Toba, dan menerjemahkan karya sastra mancanegara.

Karya Sitor Situmorang

Kumpulan cerpennya Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional (1955) dan kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976. Ia dianugerahi SEA Write Award (Penghargaan Penulis Asia Tenggara) tahun 2006.

Selain tema dengan latar belakang Batak, beberapa sajak dan cerita pendek Sitor Situmorang memiliki perhatian khusus terhadap Bali. Ia khusus menulis kumpulan sajak dalam bahasa Inggris, The Rites of the Bali Aga, ditulis September 1976, setelah perjalanannya ke Bali, selepas bebas dari tahanan penjara Orde Baru. Dalam perhelatan acara Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2010, Sitor Situmorang mendapat Lifetime Achievement Award. Ia membaca salah satu sajaknya, “Bukan Pura Besakih” yang dia bacakan setelah menerima penghargaan di Puri Agung Ubud, Gianyar.[6]

Karya-karyanya yang lain:

9. Hans Bague Jassin (H.B. Jassin)

Lahir: 13 Juli 1917, Gorontalo, Indonesia
Meninggal: 11 Maret 2000, Jakarta, Indonesia
Hans Bague Jassin, atau lebih sering disingkat menjadi H.B. Jassin adalah seorang pengarang, penyunting, dan kritikus sastra berkebangsaan Indonesia.

Karya Sastra Hans Bague Jassin

Sebagai Editor

Polemik: Suatu Pembahasan Sastra dan Kebebasan Mencipta Berhadapan dengan Undang-Undang dan Agama (1972)

Terjemahan

Karya Lainnya

Penghargaan H.B. Jassin

10. Willibrordus Surendra Broto Rendra (W.S. Rendra)

Lahir: 7 November 1935, Solo – Jawa Tengah, Indonesia.
Meninggal: 6 Agustus 2009, Kota Depok – Jawa Barat, Indonesia.
Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen dan esai sastra di berbagai media massa.

Karya terkenal Willibrordus Surendra Broto Rendra (W.S. Rendra)

Kisah perjuangan suku Naga – 1979
Potret pembangunan dalam puisi – 1980
Empat kumpulan sajak – 1978
Ballads and blues: poems – 1974

Penghargaan Willibrordus Surendra Broto Rendra (W.S. Rendra)

Drama

Kumpulan Sajak/Puisi

Exit mobile version