Gunung Lawu tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur – Mitos, Tempat Wisata, Film

10 min read

Gunung lawu pulau jawa

Gunung Lawu

Tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejarah Gunung Lawu pun kerap dikaitkan dengan legenda tentang Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Terletak di perbatasan dua provinsi, meliputi Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah serta Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur, Lawu menempati posisi ke-76 gunung tertinggi di dunia.

Gunung ini memiliki 3 puncak, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan yang paling tinggi bernama Hargo Dumilah. Puncak tertingginya adalah puncak hargo dumilah dengan ketinggian 3265 mdpl.

Baca juga ? Daftar Gunung Berapi Di Indonesia

Letak Gunung Lawu

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Gunung lawu pulau jawa
Gunung Lawu tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur – Mitos, Tempat Wisata, Film. Sumber foto: Buitenzorger / Flickr

Mitos Gunung Lawu

Penduduk sekitar Gunung Lawu meyakini bahwa gunung tersebut memiliki nyawa. Gunung Lawu seolah-olah dapat mengetahui niat dan kata-kata setiap orang yang menaikinya. Maka dari itu, seluruh pendaki selalu diimbau untuk menjaga perkataannya selama pendakian.

1. Dilarang memakai pakaian warna hijau

Tidak hanya di pantai Parangtritis, rupanya di Gunung Lawu ini mitos larangan memakai baju hijau juga berlaku. Mitosnya warna hijau ini merupakan warna pakaian Ratu Pantai Selatan yang tidak boleh sembarangan dipakai orang.

Alasannya sendiri menurut penduduk sekitar adalah lantaran warna ini cukup keramat di Gunung Lawu. Takutnya, ketika seseorang memakai ini ia mungkin nggak akan bisa kembali pulang. Memang terdengar sangat absurd sih, tapi lebih baik jangan dilanggar.

2. Prabu Wijaya

Setelah Islam masuk waktu itu daripada Prabu Brawijaya memiliki permasalahan dengan anaknya, maka dari itu Prabu Brawijaya hijrah
dari kerajaan Majapahit menuju puncak Lawu. Meskipun Prabu Brawijaya beragama Hindu tetapi beliau juga mengerti tentang ajaran agama Islam. Namun karena sudah mengabdi di agamanya, beliaupun hijrah ke Lawu.

Sesaat setelah meninggalkan kerajaannya, sebelum naik ke Gunung Lawu, Prabu Bhrawijaya V bertemu dengan dua orang pengikutnya, kepala dusun dari wilayah kerajaan Majapahit, masing-masing dari mereka adalah Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.

Karena mereka berdua tidak tega melihat Prabu Bhrawijaya V berjalan sendirian, mereka pun ikut menemani Prabu Bhrawijaya V naik ke puncak Gunung Lawu.

Setelah sampai di puncak Hargo Dalem, Prabu Bhrawijaya V berkata kepada 2 pengikut setianya. Selesai mengucapkan kalimat itu, Prabu Bhrawijaya V pun menghilang. Hingga kini, jasad beliau tidak pernah ditemukan oleh siapa pun.

3. Burung Jalak Gading yang dipercaya Jelmaan Kyai Jalak

Setelah Prabu Bhrawijaya V melakukan moksa dan menghilang, tersisalah 2 pengikut setianya, Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalak. Sejarah bercerita, mereka berdua menjalankan amanat Prabu Bhrawijaya V, mereka menjaga gunung Lawu.

Dengan kesempurnaan ilmu yang mereka punya, Sunan Gunung Lawu menjelma menjadi makhluk ghaib dan Kyai Lawu menjelma menjadi seekor burung Jalak berwarna gading.

Kisah tentang burung Jalak Gading ini masih berlanjut hingga saat sekarang, banyak orang percaya bahwa burung Jalak Gading sering muncul dan meberi petunjuk jalan menuju puncak Gunung Lawu kepada para pendaki yang memiliki tujuan baik.

Sedangkan, apabila pendaki memiliki niatan buruk, Kyai Jalak tidak akan merestui mereka, akibatnya, para pendaki yang memiliki niatan buruk akan terkena nasib buruk / sial.

4. Macan Gaib Lawu

Sosok berwujud harimau loreng ini dipercaya sebagai sosok gaib penunggu gunung ini.

Konon guys, kehadiran Macan Lawu ini dianggap sebagai sebuah pertanda buruk tapi terkadang dianggap juga sebagai pertanda baik bagi orang-orang yang mencari “ilmu” di gunung ini.

Mitosnya, setiap malam satu suro, banyak orang yang berbondong-bondong menuju Gunung Lawu untuk melakukan ritual.

Hal yang diminta pun bermacam-macam, mulai dari minta kesaktian, kekayaan, sampai dengan jodoh.

Pertanda apabila permintaan tersebut dikabulkan ditandai dengan munculnya sosok manusia berbulu loreng yang mirip dengan macan.

Kehadiran Macan Lawu biasanya akan diiringi dengan peristiwa yang menggegerkan loh seperti penemuan mayat yang mungkin sudah hilang beberapa waktu di Gunung Lawu.

5. Pasar Setan

Setelahnya melewati Bulak Peperangan, pendaki juga harus melewati Pasar Setan sebelum mereka berhasil mencapai puncak.

Para pendaki sering mendengar suara ramai layaknya sebuah pasar. Bahkan, jika mendengar suara seperti sedang menawari barang, pendaki harus membuang apa saja di lokasi tersebut layaknya orang yang sedang bertransaksi.

Tidak asing lagi di telinga para pendaki, sebuah pasar yang tak terlihat dengan kasat mata ini berada di jalur Candi Cetho, lereng Gunung Lawu, sebuah lahan yang ditumbuhi ilalang.

Berbicara tentang jalur Candi Cetho, sebetulnya, jalur ini adalah jalur yang paling pendek dan cepat menuju puncak Lawu, karena perjalanan dimulai dari 1.470 mdpl. Akan tetapi, jalur pendek ini sekaligus menjadi jalur yang paling berbahaya.

Sebab, tanjakan-tanjakan di jalur ini sangat terjal, jurang curam menganga di pinggiran track, kabut tebal sering turun membuat jarak pandang menjadi begitu pendek dan memperbesar resiko tersesat, serta kepercayaan yang mengatakan bahwa jalur ini adalah perlintasan alam ghaib dan kehadiran pasar setan.

Oleh sebab itulah, mengapa jalur ini berbahaya dan tidak begitu favorit. Para pendaki lebih senang memilih dua jalur lainnya, yaitu jalur Cemoro Kandang dan jalur Cemoro Sewu.

Sebagian pendaki mengaku pernah mendengar suara bising, seakan berada di pasar, saat melewati sebuah lahan tanah yang berada di lereng Gunung Lawu. Terdengar pula suara yang sedang menawarkan dagangannya, mau beli apa?.

Konon, apabila di sana Anda mendengar suara-suara aneh tersebut, maka Anda harus membuang salah satu barang yang Anda punya, sebagaimana orang yang sedang bertransaksi dengan cara barter.

6. Pantangan Mendaki Gunung Lawu

(boleh percaya boleh tidak, namanya juga mitos)

1. Jangan Memakai Baju Warna Hijau Gunung lawu masih ada hubungannya dengan laut selatan ya, kalian pasti tau sosok Nyi Roro Kidul yg melegenda saat ada yg memakai baju warna hijau.

2. Jangan Mendaki Dalam Jumlah Ganjil Ini juga masih berhubungan dengan Nyi Roro Kidul ya, konon jika kita mendaki ke lawu dalam jumlah ganjil, bisa jadi rombongan kita akan dilanda musibah ataupun keburukan.

3. Lawu Bisa Mendengar Apa yg Kamu Keluhkan Namanya juga mendaki, sudah pasti capek dan pegal ya. Tapi sebaiknya tidak banyak mengeluh/sambat saat mendaki ke lawu ya. Karena konon lawu dipercaya mempunyai telinga, dan dia akan mewujudkan apa yg kalian keluhkan tsb.

4. Jangan Buang Sampah Sembarangan Ini WAJIB, bukan hanya di lawu aja ya gaes tapi disemua gunung. Kalian berani mendaki berarti berani membawa pulang sampahnya! Jangan mengotori alam!

Wisata Gunung Lawu

1. Telaga Sarangan

Tempat wisata berupa telaga yang terjadi secara alami ini merupakan salah satu tempat wisata yang berada di lereng Gunung Lawu bagian timur. Tepatnya di kecamatan Plaosan, Magetan. Objek wisata yang satu ini berjarak kira-kira 4 km dari Tawangmangu.

Telaga Sarangan menjadi salah satu wisata populer idola keluarga yang tinggal di Karanganyar, Magetan hingga Solo. Di tempat ini kita bisa menikmati suasana telaga sambil menikmati kuliner atau berkeliling dengan kuda. Ada banyak wahana yang bisa dicoba untuk menikmati keindahan telaga. Mulai dari sepeda air hingga speedboat.

2. Air Terjun Grojogan Sewu

Wisata alam merupakan salah satu keunggulan dari destinasi wisata Gunung Lawu. Dari spot panorama hingga air terjun, semua ada di gunung yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu.

Salah satu wisata air terjun adalah Grojogan Sewu. Nama obyek wisata yang berarti Air Terjun Seribu itu memang sudah lama menjadi tempat wisata favorit di lereng Gunung Lawu. Air terjun ini tepatnya berlokasi di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang memang merupakan obyek wisata yang terkenal. Air terjun ini tidak pernah kering sepanjang tahun sehingga tetap pas dikunjungi pada musim kemarau. Untuk menuju titik air terjun, pengunjung harus melewati banyak anak tangga. Pengunjung juga akan ditemani oleh banyak monyet sepanjang perjalanan.

3. Perkemahan Sekipan ( tidak jauh dari air terjun Grojogan Sewu)

Baik camping organisasi maupun camping keluarga merupakan tempat wisata alami untuk berkemah. Lokasi bumi perkemahan ini berada tidak jauh dari air terjun Grojogan Sewu. Tempat ini juga cukup sering dijadikan tempat untuk mengadakan malam pengakraban beberapa kampus di Solo

Fasilitas yang ada di Bumi Perkemahan Sekipan ini cukup lengkap dan memadai. Ada juga dua buah vila yang bisa digunakan untuk bermalam. Bumi perkemahan ini kadang juga digunakan untuk mengadakan resepsi pernihakan dengan konsep outdoor.

4. Air Terjun Jumog

Selain Grojogan Sewu, ada wisata air terjun lain di sekitar lereng Gunung Lawu yang tak kalah keren. Namanya adalah Air Terjun Jumog. Air terjun ini berada di kecamatan Ngargoyoso. Satu arah dengan objek wisata Candi Sukuh di kecamatan yang sama

Di sekitar air terjun juga tersaji pemandangan yang indah dengan nuansa pegunungan yang terasa begitu sejuk dan menyegarkan. Air yang jatuh dari air terjun ini mengalir di sebuah sungai kecil berbatu dengan air yang sangat jernih. Kita bisa duduk di atas batu-batu tersebut sambil merasakan kejernihan air yang terasa dingin di kaki.

5. Perkebunan Teh Kemuning

di Karanganyar ada Perkebunan Teh Kemuning yang juga punya pesona tak kalah indah. Pemandangan hijau di kawasan perkebunan teh ini terlalu indah untuk dilewatkan.

Perkebunan Teh Kemuning ini berada kecamatan Ngargoyoso. Kalau ditempuh dari kota Solo butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk bisa sampai ke kebun teh ini. Pemandangan kebuh teh ini akan semakin istimewa karna di sisi timur terlihat Gunung Lawu yang begitu gagah. Ada satu tempat yang cukup terkenal di kawasan ini yaitu Rumah Teh Ndoro Donker, sebuah kafe yang menyajikan berbagai macam jenis teh.

6. Candi Cetho

Candi yang bercorak Hindu ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah para umat Hindu di sekitar Karanganyar dan menjadi salah satu tempat wisata favorite di Solo Raya.

Candi Cetho juga merupakan salah satu jalur pendakian ke Gunung Lawu. Lokasi candi ini berada di ketinggian sekitar 1.496 mdpl sehingga pemandangan disana terlihat sangat indah. Perjalanan ke candi ini akan terasa menyenangkan karna melewati Perkebunan Teh Kemuning dengan hamparan hijaunya yang begitu memukau.

7. Candi Sukuh

Candi Sukuh ini cukup terkenal sebagai candi erotis karna di kawasan candi ini terdapat beberapa arca serta relief yang cukup vulgar. Namun hal itu tidak mengurangi rasa penasaran orang-orang untuk datang ke Candi Sukuh. Bahkan, hal itu justru menjadi daya tarik yang membuat banyak orang ingin melihat candi ini lebih dekat

Sama seperti Candi Cetho, candi ini juga masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu di Karanganyar. Lokasinya juga berada di ketinggian sehingga pemandangan di sekitar candi juga tak kalah indah. Suasana disana juga sangat sejuk. Suasana di sekitar Candi Sukuh ini sangat asri. Membuat siapapun betah berlama-lama duduk-duduk lesehan di sekitaran taman candi sambil bercengkrama.

8. Taman Hutan Raya

Sangat cocok untuk mengadakan sebuah acara tertentu. Misalnya makrab organisasi atau acara keluarga. Lokasi Taman Hutan Raya ini berada tidak jauh dari Candi Sukuh. Sekitar 500 meter

Taman Hutan Raya punya fasilitas yang bisa digunakan untuk mengadakan sebuah acara. Termasuk vila yang dilengkapi dengan sebuah lapangan. Di sekitar sana juga ada beberapa objek yang cukup menarik untuk dikunjungi. Antara lain Air Terjun Parang Ijo, kandang rusa serta Situs Watu Bulus.

9. The Lawu Park

Pengunjung yang datang di The Lawu Park Tawangmangu juga bisa menikmati keindahan alam berupa jajaran pohon pinus lengkap dengan spot-spot foto di tengah udara nan sejuk.

Wahana permainan yang melengkapi The Lawu Park antara lain, arena outbound flying fox, ATV ride baik kendaraan jip maupun trail, taman kelinci, taman domba, banyak menghiasi spot foto, dan arena taman salju.

Jenis penginapan cottage, glamping, dan super glamping dengan harga menginap per hari bervariasi.

Pada tipe kamar dengan jenis cottage, tarif menginap di The Lawu Park mencapai Rp300 ribu per malam untuk dua orang sudah termasuk sarapan dengan dilengkapi 2 tempat tidur.

View this post on Instagram

A post shared by The Lawu Park (@the_lawupark) on

10. Mendaki Gunung Lawu

Ada tiga jalur utama pendakian untuk menuju puncak Gunung Lawu, yakni dimulai dari Cemorokandang di Tawangmangu (Jawa Tengah), Candi Cetho di Karanganyar (Jawa Tengah), atau Cemorosewu di Sarangan (Jawa Timur). Selain ketiga jalur utama yang populer dan cukup dikenal itu, sebenarnya masih ada satu lagi jalur pendakian di Gunung Lawu. Jalur pendakian alternatif itu dilakukan dari tempat bernama Singolangu, termasuk dalam wilayah Magetan. Pendakian Singolangu terletak tidak jauh dari Telaga Sarangan, sekitar 3 kilometer jaraknya. Oleh sebagian kalangan, jalur ini dipercaya sebagai jalur pendakian tertua untuk menuju ke puncak Lawu.

Di sepanjang jalur Singolangu ini, dapat ditemui beberapa petilasan atau situs. Di sisi lain, Gunung Lawu menyimpan misteri yang terkadang sukar diterima akal sehat. Selain sebagai lokasi pendakian bahkan tempat wisata, gunung ini juga seringkali menjadi tujuan bagi orang-orang yang punya kepentingan spiritual.

Setiap malam 1 Suro (1 Muharram), misalnya, banyak orang yang mendaki Gunung Lawu hingga ke puncak untuk melakukan ritual atau berziarah. Tiga puncak utama Gunung Lawu kerap dianggap sebagai salah satu tempat paling sakral di Jawa.

Baca juga ? Malam 1 Suro dan Bulan Suro – Tradisi, Ritual, Misteri, Mitos

Malam 1 Suro dan Bulan Suro - Tradisi, Ritual, Misteri, Legenda, Mitos
Kerbau bule selalu menjadi pusat perhatian saat kirab malam 1 suro di keraton Surakarta. Hewan kesayangan Susuhunan Paku Buwono tersebut setiap tahunnya dikirab mengelilingi keraton dalam acara kirab (pawai atau iring-iringan dalam suatu rangkaian upacara atau adat) malam 1 Suro atau 1 Muharram. Sumber foto: Wikimedia Commons

Film Lasmini Pendekar Gunung Lawu – Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu

Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu adalah film aksi laga fiksi kolosal tahun 1988 dari Indonesia yang disutradarai oleh Imam Tantowi dan dibintangi oleh Elly Ermawatie dan Fendy Pradana.

Film ini dibuat berdasarkan sandiwara radio Saur Sepuh yang populer di Indonesia tahun 1980-an karya Niki Kosasih, berlatar nusantara pada zaman kerajaan Majapahit setelah masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

Sinopsis Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu

Lasmini (Murti Sari Dewi) yang diperkosa dan dibuang ke jurang, diselamatkan oleh Nenek Lawu (Corry Mochtar). Ia kemudian diajari silat sampai sang nenek meninggal. Lasmini turun gunung mencari pemerkosanya. Satu per satu dibalasnya. Suatu ketika ia bentrok dengan Mantili (Elly Ermawatie), gara-gara ia akrab dengan Bentar (Candy Satrio).

Lasmini pulang ke Gunung Lawu dan mendapat warisan silat lagi. Setelah menguasai jurus baru, ia kembali menantang jago-jago silat. Ia pun menang. Sementara, Mantili diajari jurus baru lagi oleh Brama (Fendy Pradana) dan menantang Lasmini. Kali ini Lasmini yang kalah

Legenda Gunung Lawu

Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.

Raden Fatah setelah dewasa beragama islam, berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak dengan pusatnya di Glagah Wangi (Alun-Alun Demak).

Melihat kondisi yang demikian itu, masygullah hati Sang Prabu. Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.

Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga Dalem.

Saat itu Sang Prabu bertitah, “Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua makhluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan, dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.

Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan Sang Prabu di sini.

Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.

Baca juga ? Pengertian Peringatan Gunung Berapi – Tingkat Aktivitas Level 1-4 di Indonesia


Tempat Wisata Lainnya Dan Yang Harus Dikunjungi Di Indonesia Dan Luar Negeri

Segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Panduan ini akan membuat Anda untuk tidak melewatkan tempat penting dan memberikan pengalaman wisata Anda ke tempat-tempat yang hebat!

Klik disini untuk melihat tempat-tempat lainnya, seperti di Bali, Jogja, Paris, Tokyo, Tibet, Bogor dan masih banyak lagi.


Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: CNN Indonesia

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *