Kisah Raja Midas: Pelajaran Berharga Tentang Keserakahan dan Rasa Syukur
Apakah kisah Raja Midas benar-benar Ada? Banyak orang bertanya-tanya apakah Raja Midas adalah tokoh nyata atau sekadar legenda. Jawabannya adalah: Raja Midas merupakan sosok yang nyata sekaligus legendaris.
Dalam sejarah, ada beberapa raja di wilayah kuno Frigia (Phrygia)—yang sekarang berada di Turki bagian tengah—yang bernama Midas. Salah satunya diyakini sebagai inspirasi dari kisah “sentuhan emas” Raja Midas. Kerajaannya terkenal akan kekayaan, seni logam, dan arsitektur besar. Seiring waktu, sejarah dan mitos berpadu menciptakan kisahnya yang tak terlupakan.
Raja Midas Hidup di Tahun Berapa?
Raja Midas yang paling mungkin menjadi tokoh dalam mitos hidup pada akhir abad ke-8 SM, sekitar tahun 738–696 SM. Ia memerintah di Frigia dan disebut dalam catatan Yunani serta arsip Asyur.
Penemuan arkeologi yang paling terkenal terkait dirinya adalah Gundukan Midas (Tumulus MM) di kota kuno Gordion, yang diyakini sebagai makamnya.
Dari Mana Asal Raja Midas?
Ia berasal dari kerajaan Frigia, wilayah kuno di Anatolia tengah (sekarang Turki modern). Frigia dikenal sebagai pusat budaya yang kaya akan makam batu, gerbang monumental, dan karya seni logam yang rumit. Warisan inilah yang memberi bobot historis pada kisah Raja Midas yang terkenal.
Monumen Midas, prasasti yang menyebutkan Midas di desa Yazılıkaya, Han – Eskişehir, Turki. Mark Landon / Wikimedia Commons
Kisah Raja Midas dan Sentuhan Emas
Menurut mitologi Yunani, Raja ini pernah membantu teman dari dewa Dionysus. Sebagai hadiah, Dionysus memberinya satu permintaan. Midas meminta agar segala sesuatu yang ia sentuh berubah menjadi emas.
Awalnya, ia sangat senang. Batu, kursi, bahkan bunga berubah menjadi emas. Tapi segera ia menyadari kutukannya: makanan tak bisa dimakan, dan putrinya berubah menjadi patung emas saat ia peluk.
Bagaimana Raja Midas Meninggal?
Tidak ada catatan pasti tentang bagaimana Raja Midas meninggal dalam mitologi. Namun, beberapa sumber kuno menyebutkan bahwa setelah kehilangan segalanya dan dipenuhi penyesalan, Midas mengakhiri hidupnya dengan meminum darah banteng—sebuah simbol keputusasaan di zaman kuno.
Meski begitu, versi ini masih diperdebatkan, dan banyak yang lebih memilih melihat kisahnya berakhir dengan perubahan diri, bukan tragedi.
Pelajaran dari Kisah Raja Midas
Dengan hati hancur, Midas memohon agar Dionysus mencabut anugerah itu. Dionysus menyuruhnya mandi di Sungai Pactolus, dan setelah itu, kekuatan sentuhan emas pun hilang.
Kisahnya hanya bukan sekadar dongeng, tapi peringatan abadi bahwa keserakahan dapat menghancurkan hal-hal yang paling kita cintai. Kebahagiaan sejati datang dari cinta, syukur, dan keseimbangan—bukan dari kekayaan tanpa batas.
Seperti Apa Dunia Raja Midas?
Pada masa Raja Midas, Frigia adalah wilayah yang maju dalam seni dan arsitektur. Mereka membangun makam batu raksasa, altar ukir di lereng bukit, dan menciptakan artefak emas dan perunggu yang indah. Warisan ini membuat kisah Raja Midas terasa lebih nyata—bukan sekadar mitos, tapi bagian dari peradaban yang berbudaya tinggi.
Mengunjungi situs seperti Gordion hari ini memberi kita pandangan langsung ke dunia kuno di balik legenda.
Mengapa Kisahnya Masih Relevan Saat Ini?
Istilah “sentuhan Midas” masih digunakan untuk menggambarkan orang yang selalu sukses. Tapi versi asli dari kisahnya justru mengingatkan kita bahwa sukses tanpa kebijaksanaan bisa menjadi bencana.
Di zaman sekarang, saat kekayaan sering dianggap sebagai tujuan utama, kisah Raja Midas mengajarkan kita untuk merenung:
Apa arti emas, jika harus kehilangan segalanya?
Kekayaan sejati bukanlah emas, tapi hal-hal yang tidak bisa dibeli: keluarga, cinta, dan rasa syukur. Kisah ini mengajarkan bahwa tidak semua yang bersinar itu membawa kebahagiaan.
Mary and George Villiers – Skandal Menuju Kekuasaan di Istana Kerajaan Inggris (SPOILER)
Sumber bacaan: CleverlySmart, Greeka, BBC
Photo powered by chatGPT