Misteri Kapal Van der Wijck | Tenggelam Tahun 1936 di Laut Jawa

4 min read

kapal van der wijk

Sejarah Asli Kapal Van der Wijck

Kapal van der Wijck adalah kapal mewah tahun 1921. Yang dinamai menurut Gubernur Jenderal Hindia Belanda Carel Herman Aart van der Wijck. Kapal ini tenggelam pada tahun 1936 di Laut Jawa dan meninggalkan sebuah misteri karena terdapat sebuah kapal di dekatnya yang mengabaikan pemanggilan SOS. Kapal menempuh perjalanan dari Surabaya ke Semarang dan tenggelam di sekitar pantai Brondong, Jawa Timur.

kapal van der wijk
Misteri Kapal van der Wijck – Tenggelam Tahun 1936 di Laut Jawa

Kapal penumpang terbalik dan tenggelam di Laut Jawa dengan beberapa korban jiwa di antara 226 orang di dalamnya. Tiga puluh empat orang dilaporkan hilang.

Kapal ini melatarbelakangi penulisan novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck oleh Hamka. Novel tersebut diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2013.

Baca juga: Kapal Titanic Sejarah, Fakta, Jumlah Korban | Tidak Membutuhkan 4 Cerobong Asap

Kapal van der Wijck

Untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa serta prestasi dari Jenderal Jonkheer Carel Herman Aart Van der Wijck, namanya disematkan pada sebuah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) atau PT. PELNI saat ini.

Kapal yang dibuat dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921 ini, memiliki berat tonase 2.596 ton, serta lebar kapal 13,5 meter.

Pada masa jayanya, kapal yang melayani pelayaran untuk kawasan perairan Hindia Belanda ini, sering kali dijuluki dengan nama panggilan “de meeuw” atau “The Seagull.” Hal ini karena penampilan kapal ini yang terlihat sangat anggun dan tenang.

Pembangun dan mesin kapal: Maatschappij Fijenoord N.V. – Fyenoord, Rotterdam.

Pemilik kapal: Koninklijke Paketvaart Mij. (Kpm), Amsterdam.

Rute layanan pelayaran

Kapal melakukan layanan 2 minggu, pelabuhannya adalah Surabaya, Semarang, Batavia (Jakarta), Palembang dan Makassar

Tenggelamnya kapal van der wijk
Kapal penumpang ss. ‘Van der Wijck’ dari Koninklijke Paketvaart Maatschappij (mungkin) di pelabuhan Tandjong Priok. Sumber foto: Maritiem Digitaal

Misteri tenggelammnya kapal van der Wijck

Pada tanggal 20 Oktober 1936, tenggelamnya kapal ini tidak diketahui jelas. Padahal pada saat itu muatan angkut kargo dalam kapal tiak melampaui batas, kondisi cuaca seddang baik. Para marinir mungkin menebak-nebak, mungkin terjadinya gempa laut yang kadang terjadi di daerah ini. Baca juga ? Pengertian Gempa Bumi – Penyebab, Alat Ukur, Skala Gempa dan Contohnya

Monumen peringatan Van Der Wijk di Lamongan

Pada tanggal 20 Oktober 1936, kapal Belanda Der Wijk (kapal mewah milik salah satu perusahaan kapal Belanda) mengalami kecelakaan di utara pulau Jawa. Kapal menempuh perjalanan dari Surabaya ke Semarang. Di sekitar pantai Brondong, kapal itu tenggelam. Kemudian beberapa nelayan membantu beberapa penumpang kapal.

Tapi penumpang lain tewas di laut. Dengan bantuan orang-orang Brondong yang menyelamatkan para korban dari kecelakaan itu, pemerintah Belanda membangun monumen peringatan yang disebut monumen “Van Der Wijk”.

Monumen setinggi 15 meter yang di bangun oleh pemerintah kolonial ini bertujuan  memperingati peristiwa tenggelamnya kapal ini.

Pada kedua sisi monumen di bagian barat dan timur, tertanam dua buah prasasti.  Prasasti yang terbuat dari pelat besi itu bertuliskan semacam tanda terima kasih kepada masyarakat Lamongan, yang pada masa itu bahu-membahu, bertolong-tolongan dalam menyelamatkan para korban kapal Van Der Wijck.

Dalam bahasa Belanda dan bahasa  Indonesia tertulis perkataan: “Tanda Peringatan  Kepada Penoeloeng-Penoeloeng Waktu Tenggelamnya Kapal ” VAN DER WIJCK ”  DDO 19-20- october 1936.”

Monumen peringatan kapal van der wijk
Monumen peringatan Van Der Wijk di Lamongan – Jawa Timur

Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck

Diadaptasi dari novel klasik dengan judul yang sama, film ini menceritakan kisah cinta antara Zainuddin, Hayati, dan Aziz. Dengan perbedaan latar belakang sosial menyebabkan cinta sejati Zainuddin dan Hayati pada tragedi berlayar kapal Van Der Wijck.

Film drama romantis Indonesia yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan ditulis oleh Imam Tantowi dan Dhony Dirgantoro. Dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, dan Reza Rahadian, film berdasarkan novel Hamka, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, dan dirilis di bioskop pada 19 Desember 2013.

Film ini di produksi oleh Soraya Intercine Films dan diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka. Film yang berlatar tahun 1930-an ini mengisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai namun mereka dihalangi dengan perbedaan latar belakang sosial.

Zainuddin (Herjunot Ali), yang berlayar dari tanah kelahirannya Makassar, menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Kemudian dia jatuh cinta pada Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Namun, adat dan istiadat yang kuat merampas kebahagiaan cinta mereka berdua.

Zainuddin hanya seorang pemuda miskin yang tak bersuku, karena ibunya berdarah Bugis dan ayahnya berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.

Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang merantau ke tanah Jawa karena patah hati lantaran Hayati dipaksa menikah dengan laki-laki kaya terpandang, Aziz (Reza Rahadian).

Waktu berlalu, takdir pun mempertrmukan mereka kembali dengan kondisi yang sangat berbeda. Namun, sayangnya kisah cinta mereka berakhor tragis ketika Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck.

Film tenggelamnya kapal van der wijk
Poster film tenggelamnya kapal van der Wijk. Sumber foto: Soraya Intercine Films

Kontroversi tentang film ini

Setelah poster film ini dirilis, sejumlah masyarakat Minang yang tergabung dalam sebuah grup di jejaring sosial Facebook memrotes poster film ini yang menurut mereka tidak sesuai dengan adat dan budaya Minang yang sangat menjunjung tinggi ajaran Islam.

Mereka mengklaim bahwa poster ini merupakan bentuk “pemerkosaan terhadap karya Hamka, karena Hayati yang diperankan oleh Pevita Pearce merupakan gadis Minang yang kuat adat dan agama, tidak memakai baju terbuka seperti yang ada di poster.

Novel Tenggelamnja Kapal van der Wijck

Tenggelamnja Kapal van der Wijck (EYD: Tenggelamnya Kapal van der Wijck) adalah sebuah novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.

Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat pada tahun 1938. Dalam novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia, Bakri Siregar menyebut Tenggelamnya Kapal van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding menjiplak karya Jean-Baptiste Alphonse Karr berjudul Sous les Tilleuls (1832).

Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, tenggelamnya kapal tersebut terus mengalami pencetakan ulang sampai sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu sejak tahun 1963 dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.

Baca juga: Penulis Sastra Terbaik Indonesia


Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: National Library Board Singapore, Wreck Site, Wikipedia (Inggris), The ships List, Newspaper

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *