Ludruk dan Ketoprak

Berbeda dengan wayang, yang pesannya penting disampaikan, dalam ketoprak dan ludruk, lawakan yang dimainkan oleh badutlah yang mendominasi, menarik penonton populer terutama dari pedesaan dan kelas menengah kota. Ludruk adalah sebuah drama budaya yang menceritakan rutinitas sehari-hari orang-orang kelas pekerja. Sebagian besar cerita kontemporer yang dimainkan.

Pertunjukan modern ini biasanya diakhiri dengan perkawinan antara anggota elit dan proletariat (istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kelas sosial rendah), melanggar kode masyarakat Jawa yang secara tradisional memisahkan kelas.

Meskipun asal-usulnya tidak pasti, diyakini berasal dari abad ke-13

Teater populer atau ludruk dengan demikian berkontribusi pada modernisasi masyarakat Jawa. Tema teater populer pada dasarnya berkisar pada konflik antargenerasi antara orang tua yang menghormati tradisi dan anak muda yang memiliki visi yang lebih modern. Orang Jawa memiliki kebiasaan membagi dunia menjadi dua: yang alus (halus) dan yang kasar (kasar). Ini berlaku untuk individu serta agama, pemikiran, seni…

Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah, karena alur dalam ketoprak sering diambil dari sejarah dan legenda Jawa. Kedua genre tersebut fokus pada penyampaian pesan moral tertentu, tetapi ludruk bercerita tentang kehidupan sehari-hari, dan kebanyakan dari mereka yang kurang mampu. Ini adalah bentuk hiburan yang populer bagi penonton kelas pekerja.