Wisata Kebumen – Jawa Tengah: Goa, Pantai, Air, Benteng, Religi dan Air Terjun

17 min read

Pantai menganti kebumen

Wisata Kebumen

Kebumen mungkin menjadi sebuah kabupaten atau kawasan yang tidak terpikirkan untuk dikunjungi ketika para wisatawan hendak berlibur di Jawa Tengah. Semarang adalah kota yang paling diminati untuk dikunjungi di provinsi Jawa Tengah, namun jangan hanya terpaku pada kota besarnya saja. Kebumen memiliki banyak keindahan dan keunikan obyek wisata yang bisa membuat hati para pengunjungnya bergetar.

Walau sebagian memang belum terlalu terjamah, ini dia rekomendasi tempat wisata di Kebumen yang juga merupakan tempat wisata di jawa tengah. Berikut adalah beberapa tempat wisata di kebumen:

Tempat Wisata di Kebumen

    • Wisata Goa
      • Goa Jatijajar
      • Goa Petruk
    • Wisata Pantai
        • Pantai Ayah
        • Pantai Karangbolong
        • Pantai Suwuk
        • Pantai Petanahan
        • Pantai Pasir
        • Pantai Menganti
        • Pantai Karangbata
        • Pantai Pecaron
        • Pantai Karang Agung
      • Pantai Lembupurwo
    • Wisata Air
        • Arung Jeram Pedegolan
        • Pemandian Air Panas Krakal
        • Kolam Renang Gading Splash Water (GSW)
      • Wisata Air Jembangan
    • Wisata Waduk
        • Waduk Serbaguna Sempor
      • Waduk Wadas Lintang
    • Wisata Benteng
      • Benteng Van Der Wijk
    • Wisata Religi
        • Makam Syeikh Anom Sida Karsa
        • Makam Syeikh Abdul Awal
        • Makam Syekh Abdul Kahfi Lemah Lanang Kebumen
        • Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking Kebumen
      • Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen
  • Wisata Air Terjun
      • Air Terjun Sudimoro
      • Air Terjun Silancur
    • Air Terjun Sawangan

Wisata Goa di Kebumen

Goa Jatijajar

Goa Jatijajar dibentuk oleh alam selama ribuan tahun dan menjadi tempat berpetualang indah di perut bumi, terletak 21 kilometer ke arah selatan Gombong, atau 42 kilometer arah barat Kebumen. Gua Jatijajar berada di kaki pegunungan kapur. Pegunungan kapur ini memanjang dari utara dan ujungnya di selatan menjorok ke laut berupa sebuah tanjung.

Legenda goa Jatijajar

Sebagaimana umumnya objek wisata lain di Indonesia, Gua Jatijajar menyimpan legenda. Kata yang punya cerita, Gua Jatijajar ini pada zaman dahulu merupakan tempat bersemedi Raden Kamandaka, yang kemudian mendapat wangsit. Cerita Raden Kamandaka ini kemudian dikenal dengan legenda Lutung Kasarung. Visualisasi dari legenda tersebut dapat dilihat dalam diorama yang ada di dalam goa itu.

Masuk ke dalam gua ini, seperti merasa seperti masuk ke dalam mulut binatang purba Dinosaurus. Ruangan di dalam gua diterangi oleh lampu listrik dari ujung ke ujung. Meski mulut gua cukup lebar, namun ruang perut dinosaurus lebih lebar lagi. Pada langit-langit terdapat sebuah lubang sebagai ventilasi. Di tengah-tengah terdapat kursi melingkar tempat duduk pengunjung sambil menikmati indahnya ornamen stalagtit dan stalagnit serta diorama legenda Lutung Kasarung.

Goa jatijajar di kebumen
Goa Jatijajar di Kebumen.

Perjalanan dapat dilanjutkan dengan menuruni tangga menuju ruang yang merupakan bagian “ekor dari dinosaurus” tersebut. Di dalam ruang ini, dapat dilihat sumber mata air yang disebut “Sendang”. Jumlah sendang tersebut ada 4 buah, yaitu “Sendang Mawar”, “Kantil”, “Jombor” dan “Puserbumi”. Sendang Mawar dipercayai mempunyai kekuatan gaib yang bisa membuat seseorang tetap awet muda, karenanya setiap pengunjung selalu menyempatkan diri untuk membasuh muka dengan air Sendang Mawar tersebut.

Dipenuhi oleh rasa kagum dan terpesona, tanpa terasa telah menempuh jarak 250 meter dan tanpa disadari, telah masuk ke perut bumi sedalam 40 meter.

Obyek wisata Goa Jatijajar dilengkapi taman yang asri yang dilengkapi dengan taman bermain. Taman ini diberi nama Pulau Kera, karena di taman ini terdapat banyak patung kera. Di gerbang mulut Goa Jatijajar, terdapat lobang di antara stalagnit, sehingga bila cahaya matahari masuk terlihat sangat indah. Goa Jatijajar merupakan bukti dari legenda Kamandaka (Lutung Kasarung), di mana kisah ini secara tersirat dikisahkan melalui patung-patung yang ada di dalam Goa Jatijajar. Di dalam Goa Jatijajar terdapat sebuah mata air (sendang) yang konon kabarnya akan membuat awet muda bagi yang mencuci muka di sana.

Letak Goa Jatijajar

Terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong, atau 42 km sebelah barat daya kota Kebumen. Legenda di dalam goa menggambarkan legenda Raden Kamandaka atau legenda Lutung Kasarung. Panjang goa adalah 250 meter. Di area Goa Jatijajar ini juga terdapat beberapa goa lainnya, seperti Goa Intan dan Goa Dempok serta tersedia taman dan Pulau Kera. Untuk menuju ke objek wisata ini telah tersedia sarana dan prasara transportasi, penginapan serta rumah makan yang relatif representatif. Patung Dinosaurus yang seolah memuntahkan air dalam lokasi wisata ini sebenarnya merupakan muara dari mata air dari dalam Goa Jatijajar yang tiada pernah berhenti walau musim kemarau sekalipun.

Stalagtit yang terdapat di dalam Goa Dempok terbentuk secara alami selama ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Hingga kini masih terjaga keasliannya. Goa Intan berada satu lokasi dengan objek wisata Goa Jatijajar. Goa ini memiliki keunikan tersendiri dengan langit goa yang relatif tidak terlalu tinggi.

Goa Petruk

Terletak 7 km selatan Goa Jatijajar. Nama “Petruk” diturunkan dari nama pengikut setia Pandawa dalam cerita pewayangan “Mahabharata”. Goa ini sangat mempesona. Tetesan air kapur terdengar bagaikan kebisingan yang tiada henti. Banyak stalaktit yang menyerupai bentuk kehidupan di dunia, seperti halnya stalaktit seperti anjing duduk ini. Stalaktit ini sangat memukau pengunjung karena menyerupai tokoh Semar dalam cerita pewayangan. Gorden raksasa akan mengingatkan betapa Maha Kuasanya Tuhan YME dan segala ciptaannya di bumi dan di langit.

Boneka-boneka mungil terdapat di dalam Goa Petruk di antara aliran air dalam gua yang sejuk. Stalaktit ini sangat mirip dengan payudara yang tidak terdapat di tempat lain. Tangan anda dapat menyentuhnya karena dinding goa yang tidak terlalu tinggi.


Wisata Pantai di Kebumen

Pantai Ayah

Pantai ini berada di Ayah. Terletak 9 km dari Goa Jatijajar. Pantai ini berada di dekat muara Sungai Bodo. Wisatawan dapat menyewa perahu sambil menatap indahnya perbukitan. Pantai Ayah juga digunakan sebagai Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga wisawatan bisa membeli ikan dan menikmati sajian seafood di kawasan ini. Di sini dapat disaksikan matahari tenggelam yang mengagumkan karena pantai ini mengarah ke arah barat.

Pantai Karangbolong

Pantai Karangbolong terletak di Desa Karangbolong. Nuansa pantai yang dipagari perbukitan yang asri dan lambaian pohon kelapa serasa menyejukkan hati. Pantai Karangbolong menyimpan berbagai keindahan. Di samping pantai yang menawan, Pantai Karangbolong juga menyimpan keindahan karang yang bolong (berlubang) dengan sarang burung waletnya.

Pantai Suwuk

Terletak di Tambakmulyo, Kecamatan Puring. Untuk menuju ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. pantai ini terletak 22 km sebelah selatan Gombong dan dapat ditempuh sekitar 45 menit, terletak sekitar 35 km sebelah barat daya Kota Karanganyar dapat ditempuh lebih dari 1 Jam, dan terletak 50 km dari Kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk menuju pantai suwuk. Bagi anda yang berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju pantai suwuk. Pantai ini memiliki fasilitas yang lengkap serta wahana lain yang mendukung seperti kebun binatang mini dan Mini Water Boom.

Pantai Petanahan

Terletak di Desa Karanggadung atau 17 km Barat daya Kota Kebumen. Dengan ombak besarnya, Pantai Petanahan memiliki daya tarik tersendiri. Di lokasi ini juga dilengkapi panggung terbuka bagi acara-acara seni rakyat. Selain itu juga terdapat hutan cemara udang yang rindang hasil kerjasama penghinjauan pantai antara Pemkab Kebumen dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pantai petanahan juga merupakan pantai yang menjadi tempat bertelurnya penyu hijau.

Pantai Pasir

Pantai Pasir terletak di Desa Pasir atau 24 km sebelah selatan Kota Gombong atau 7 km sebelah barat Pantai Karangbolong. Di balik keindahan alam yang memukau, Pantai Pasir diyakini masyarakat setempat sebagai pintu gerbang Istana Nyi Roro Kidul. Adapun pintu gerbang tersebut berupa batu karang yang seperti berujud beruang yang sedang minum air telaga. Di samping wisata alam pantai yang menawan, Pantai Pasir juga merupakan lokasi menarik bagi yang suka berbelanja hasil laut, karena Pantai Pasir juga merupakan tempat pelelangan ikan (TPI) utama Kabupaten Kebumen. Pemandangan di sekeliling Pantai Pasir merupakan perpaduan antara alam laut yang indah, pegunungan yang anggun serta wilayah pertanian dan pertambakan yang subur. Pantai Pasir dipercayai sebagai pintu gerbang Nyi Roro Kidul.

Pantai Menganti

Pantai Menganti terletak di Desa Karangduwur. Pantai ini memiliki karang terjal dengan bukit serta tebing yang menjulang tinggi dibibir pantai. Pantai Menganti memiliki pasir putih yang menawan. Pantai ini juga sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga kegiatan nelayan menjadi hal lumrah di pantai ini. Keindahannya memukau siapapun yang berkunjung ke Pantai Menganti. Perpaduan ombak, pasir putih, nelayan, bukit dan tebing hijau akan menghadirkan keindahan tersendiri. Di bagian barat Pantai Menganti terdapat tebing raksasa yang memanjang. Jika musim hujan tiba, Tebing tersebut akan mengucurkan air terjun. Tak tanggung-tanggung, terdapat empat air terjun disana.

Pantai menganti kebumen
Pantai menganti di Kebumen. Sumber foto: Wikimedia Commons

Pantai Karangbata

Pantai Karangbata terletak di Desa Karangduwur atau di sebelah timur dari Pantai Menganti. Pantai Karangbata merupakan pantai yang sempit dan dihiasi batuan vulkanik purba yang berserakan di Tanjung Karangbata. Lokasinya yang sangat dekat dengan Pantai Menganti seringkali disebut sebagai Pantai Menganti. Pantai Karangbata biasa dinikmati dari gubuk-gubuk diatas bukit. Kerasnya ombak Pantai Selatan tidak menggoyahkan tebing karang yang tegar ini. Bentuk karang laut inilah yang membuat pantai ini disebut Tanjungbata karena bentuknya yang mirip batu bata. Secara geologi Tanjung Karangbata merupakan bekas gunung api purba. Hal tersebut ditandai dengan adanya sisa lava beku yang membentuk kekar kolom

Pantai Pecaron

Pantai Pecaron berada di Desa Srati. Keindahan pantai ini terletak pada bukit hijau tinggi menjulang di bibir pantai yang cukup luas. Pantai ini dihiasi pasir putih keabuan dan pohon kelapa yang rapat disepanjang pantai hingga ke atas puncak bukit. Pantai Pecaron juga memiliki karang yang membatasi pasir dengan lautan sehingga ombak ganas pantai selatan bisa diredam seusai tiba ke bibir pantai. Ditempat ini juga disediakan wahan Camping Groud yang memadai. Pantai Pecaron masih sangat alami sehingga belum banyak terjamah wisatawan umum.

Pantai Karang Agung

Pantai Karang Agung terletak di Desa Argopeni. Pantai ini berada di sebelah timur Pantai Ayah. Keindahan pantai ini terletak pada sebuah karang yang tinggi menjulang menjorok ke lautan. Pantai Karang Agung merupakan pantai berkarang sehingga tak banyak ditemui pasir pantai terlebih jika air laut pasang. Pantai Karang Agung memiliki panorama yang indah. Perpaduan birunya laut dan hijaunya pepohonan di sekitar pantai membuat pantai ini sangat istimewa. Pantai Karang Agung juga salah satu pantai paling alami dan bersih di Kebumen.

Pantai Lembupurwo

Pantai Lembupurwo terletak di Desa Lembupurwo. Pantai ini berada di batas timur Kabupaten Kebumen yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Pantai Lembupurwo memiliki garis pantai yang panjang serta berwarna hitam. Keunikan pantai ini adalah adanya Laguna serta Gumuk Pasir. Laguna yang membentuk danau air payah dibatasi hutan cemara yang rindang serta mangrove yang rapat. Pantai ini juga memiliki gumuk pasir yang masih aktif sehingga cocok untuk olahraga sandboarding.


Wisata Air di Kebumen

Arung Jeram Pedegolan

Arung Jeram ini menggunakan setengah dari panjang Sungai Padegolan yang merupakan sungai limpahan air di bawah Bendungan Wadaslintang. Jika anda petualang sejati, cobalah arungi tantangan ini dan raih kemenangan alami. Pemandangan sepanjang sungai terbilang indah dengan dipenuhi pepohonan. Karena air berasal dari Waduk, membuat air sungai ini sangat jernih. Bahkan dasar sungai bisa terlihat. Titik start petualangan Arung Jeram Padegolan berada di PLTA Wadaslintang di desa Sendangdalem dan akan berakhir di Bendung Pejengkolan yang masuk ke kawasan Jembangan Wisata Alam (JWA) di Desa Jembangan.

Pemandian Air Panas Krakal

Pemandian Air Panas (PAP) Krakal terletak di Desa Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen. PAP Krakal memiliki mata air yang tidak pernah kering walau musin kemarau panjang sekalipun.

Kolam Renang Gading Splash Water (GSW)

Terletak di dalam area ibukota Kebumen hanya 300 m arah barat daya dari alun-alun Kebumen. Ini adalah kolam renang yang di desain sangat artistik, ada pencampuran bangunan budaya barat dan timur. Sangat cocok untuk tempat hiburan dan pembelajaran keluarga, karena di dalamnya terdapat banyak fasilitas pendukung, dari area bermain anak, cafe, mini market, tempat fitnes yang modern, hingga area aerobic. Ini benar-benar rest area yang akan membuat tubuh fress, sehat dan menghibur.

Wisata Air Jembangan

Terletak 10 kilometer utara Kutowinangun, masuk wilayah kecamatan Poncowarno. Terletak di sekitar bendungan Pejengkolan yang merupakan bagian dari sistem irigasi waduk wadaslintang. Sudah dilengkapi sarana dermaga dan perahu wisata, warung makan, sepeda air dan segera dilengkapi dengan waterboom.


Wisata Waduk di Kebumen

Waduk Serbaguna Sempor

Waduk Serbaguna Sempor memiliki pemandangan alam indah, dilengkapi dengan arena bermain anak-anak, tempat parkir, cottage serta panggung terbuka.

Waduk Wadas Lintang

Waduk Wadaslintang mempunyai luas sembilan kali Waduk Sempor. Letaknya 34 km arah timur laut Kota Kebumen.


Wisata Benteng di Kebumen

Benteng Van Der Wijk

Terletak di Kota Gombong Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dibangun pada abad ke XVIII oleh Belanda untuk pertahanan, dan bahkan kadang-kadang untuk menyerang. Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijk, nama yang terpampang pada pintu sebelah kanan, kemungkinan nama komandan pada saat itu. Mudah dicapai dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum 21 km dari Kebumen atau 100 km dari Candi Borobudur. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius (1787 – 1876), seorang jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya diabadikan menjadi Benteng Generaal Cochius. Selanjutnya benteng pertahanan ini digunakan untuk sekolah militer, berikut adalah data teknis benteng:

  • Luas benteng atas 3606, 625m²
  • Benteng bawah 3606, 625 m²
  • Tinggi benteng 9, 67 m, ditambang cerobong 3, 33 m
  • Terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7, 5 x 11, 32 m
Benteng Van Der Wijk Kebumen
Benteng Van Der Wijk Kebumen. Sumber foto: Wikimedia Commons

Wisata Religi di Kebumen

Selain terkenal dengan wisata alamnya kebumen juga terkenal dengan wisata religinya. Hal ini dikarenakan di kebumen terdapat banyak makam para syeikh di antaranya adalah:

Makam Syeikh Anom Sida Karsa

Makam Syekh Anom Sida Karsa Terletak di desa Grogol Beningsari di kecamatan Petanahan, Kebumen, yang berjarak sekitar 15 km dari kota Kebumen atau sekitar 6 km dari Pantai Petanahan. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah terutama pada malam Jumat, bulan Saban dan bulan Muharram.

Syekh Anom Sida Karsa yang diketahui adalah seorang waliyullah. Ditelusuri dari silsilahnya ternyata dia masih keturunan ke-5 dari Raden Fatah. “Dullah Sidiq” adalah nama aslinya. Dia hidup pada zaman Hamengku Buwono IV. Konon dia memang keturunan darah biru, namun karena kecintaannya pada Sang Kholiq dia lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan pangkat.

Sebelum singgah di desa ini, Syekh Anom pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu dia juga pernah singgah di Sumpyuh tepatnya di Desa Ngadiasa, tempat lain yang pernah disinggahinya yaitu Banyumas, Setelah dari Banyumas dia kembali lagi ke Demak dengan tujuan untuk perang melawan Belanda. Kemudian dia melanjutkan dakwahnya hingga sampai desa ini dan disinilah dia tinggal sampai wafat.

Syekh Anom berguru pada Syekh Abdul Awal bersama tiga teman seperjuangannya yaitu Syekh Abdul Fatah yang saat ini makamnya terdapat di daerah Sentul, Syekh Syahrowardi yang makamnya terdapat di Desa Tanjungsari, dan salah seorang murid dari desa setempat yang bertugas untuk khutbah yang makamnya terdapat di Kuburan Panggel.

Dari sejarah Syekh Anom yang paling menarik

Yaitu Pada saat Syekh Abdul Awal akan menunaikan Ibadah Haji ke tanah Suci, dengan sengaja Syekh Abdul Awal tidak mengikutsertakan murid-muridnya karena Dia hanya berniat mengajak istrinya, oleh karena itu Dia memberi tugas kepada masing-masing muridnya. Tugas yang diberikan kepada Syekh Anom adalah diperintahkannya Dia untuk menunggu sepuluh beton (isi nangka) yang sedang dibenem (ditimbun dengan bara api) sampai matang untuk dibagikan kepada teman-temannya. Anehnya setelah betonnya matang hanya terdapat Sembilan buah, Hal ini menjadikan Syekh Anom ragu untuk membagikan kepada ketiga temannya. Untuk menanyakan kebimbangannya Dia berniat menyusul Sang Guru ke Tanah Suci. Disinilah terdapat karomah yang luar biasa pasalnya Syekh Anom hanya mengendarai bekong (tempat beras) untuk sampai ke Mekah, hal yang sama juga dialami oleh Gurunya yang hanya mengendarai mancung untuk mencapai tempat tujuan.

Sesampainya di Mekah Syekh Anom bertemu dengan Sang Guru dengan membawa Sembilan beton yang masih hangat, lalu Dia menanyakan mengapa beton yang ada hanya Sembilan buah padahal sebelumnya Syekh Abdul Awal mengatakan bahwa beton yang dibenem ada sepuluh buah. Pertanyaan itu diabaikan begitu saja oleh Syekh Abdul Awal, karena Syekh Anom sudah telanjur ada di Tanah Suci maka Syekh Abdul Awal mengajaknya untuk menunaikan ibadah Haji bersama.

Cerita itulah yang menjadi dasar terciptanya sebuah nama SYEKH ANOM SIDA KARSA yang mempunyai arti, kata “SIDA” berarti JADI dan “ KARSA” berarti kesampaian.

Dalam sumber di lokasi menyebutkan, nama Syeh Anom Sidakarsa tersebut diketahui dari seorang yang selama dua tahun berturut-turut melakukan riyadloh di makam tersebut pada tahun 1935. Orang itu yakni almarhum Simbah Chamid dari Kajoran Magelang.

Menurut cerita Simbah Chamid kepada murid-muridnya yang kemudian diyakini hingga sekarang, Syeh Sidakarsa adalah cucu dari Sultan Bintoro/Raden Fatah di Demak. Syeh Sidakarsa yang sering juga disebut Syeh Anom datang ke Kebumen untuk berguru atau nyantri kepada Syeh Abdul Awwal.

Keberadaan Syeh Abdul Awwal sendiri bisa dilacak dari makam kiai tersebut yang terletak di Desa Kebonsari Kecamatan Petanahan atau sekitar 1, 5 km sebelah utara makam Syeh Anom.

Begitu dekat dan cintanya Syeh Anom dengan gurunya itu, dia merasa susah sepeninggal gurunya itu ke tanah suci. Karena sangat dekatnya, rindu tidak dapat tertahankan. Syeh Anom pun kemudian bermunajah kepada Allah SWT agar dapat menyusul gurunya.

Di tengah munajahnya itu, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh. Setelah diperiksa ternyata sebuah blongkeng (mancung) pohon kelapa. Bagi Syeh Anom, kondisi itu seperti petunjuk dari Allah, maka dengan izin Allah, Syeh Anom dapat menyusul gurunya dengan naik blongkeng itu.

Syekh Anom Sida Karsa memilih tinggal di daerah ini karena mengetahui banyak orang yang masih membutuhkan pencerahan, di antaranya adalah daerah Ambal yang dihuni banyak berandal. Dia menetap di tempat ini sampai wafatnya.

Semasa hidupnya, Syekh Anon Sida Karsa terkenal memiliki kelebihan. Kabar itu akhirnya sampai ke telinga para berandal di Ambal. Mereka pun datang menyatroni rumah Syekh Anom, berjumlah 200-an orang. Sampai di lokasi mereka melihat ada keanehan, yaitu meskipun rumah Syekh Anom miring ke Utara namun justru yang di sebelah Selatan yang disangga kayu. Para berandal itu pun menganggap pemilik rumah sudah tak waras lagi.

Ketika Syekh Anom Sida Karsa mempersilahkan para begal masuk ke dalam rumah, lagi-lagi mereka menganggap tuan rumah tak waras. Bagaimana mungkin rumah sekecil itu sanggup menampung gerombolan yang berjumlah demikian banyak. Namun ketika akhirnya masuk, ternyata dalaman rumah itu luas sekali. Seluruh gerombolan hanya memenuhi satu pojok rumah saja. Barulah para berandal itu sadar bahwa Syekh Anom bukan orang sembarangan.

Berandal itu dijamu makan oleh Syekh Anom, satu hal yang selalu dilakukannya pada setiap tamu yang datang ke rumahnya. Makanan selalu ada, berapa pun tamu yang datang setiap harinya. Para berandal dipesan agar tidak membuang tulang ayam ke lantai. Namun seorang berandal sengaja membuang tulang ayam ke lantai, dan tiba-tiba tulang itu berubah menjadi ayam lagi! Akhirnya para berandal itu pun takluk kepada Syekh Anom.

Makam Syeikh Abdul Awal

Makam Syeikh Abdul Awal terletak di desa Kebon Sari kecamatan Petanahan, tidak terlalu jauh dari makam muridnya Syeikh Anom Sida Karsa. Syeikh ini dulu bernama “Mangkurat Mas”, dari Yogyakarta, putra R. Pemanahan dari istri Padmi. Anak Ki Ageng Pemanahan ada 2 yaitu “Mangkurat Mas” dan “Mangkurat Kuning”.

Cerita berawal saat Ki Ageng berpesan kepada anaknya, lewat adiknya Ki Ageng Giring yang bermukim di Cirebon. Ki Ageng Pemanahan memberi wangsit jika suatu saat Ki Ageng mangkat, maka kekuasaan keraton Yogyakarta diserahkan kepada anak sulungnya, Mangkurat Mas. Namun begitu ayahnya meninggal, Ki Ageng Giring malah tidak peduli dengan amanah untuk menyerahkan titipan kekuasaan kepada Mangkurat Mas. Melalui patih Martapala-Martapura, sehingga terjadi geger dan menjadikan Mangkurat Mas pergi dari keraton dengan prinsip bahwa kekuasaan hanya akan akan menjadikan seseorang bertaruh dan mungkin sampai di akhir ajal, hanya akan bertaruh dan memperebutkan kekuasaan saja. Dan akhirnya kekuasaan di Yogyakarta jatuh ke tangan Ki Ageng Giring, sedangkan Mangkurat Mas pergi dari kerajaan, menuju ke arah barat dan sampai di seputar desa yang sekarang ini disebut Kebonsari.

Pada satu saat datanglah Raden Patah putra dari Prabu Brawijaya V-Raja Majapahit terakhir ke tanah Jawa. Kedatangan R. Patah menjadikan tanah jawa geger karena dia bermisi menundukkan negara Pandawa tengah. Pada saat itu Mangkurat Mas yang juga dikenal sebagai Syech Abd. Awal sudah bermukim di Kebonsari, meski namanya belum Kebonsari. Lama-kelamaan, Di Kebonsari, Mangkurat Mas membawa ilmu para wali ibarat hanya sebulir padi/semenir, dipecah menjadi empat madzhab. Sembari bermukim disini, Mangkurat Mas memberikan wewarah kepada banyak orang tentang ilmu-ilmu para wali.

Kedatangan R. Patah ke tanah jawa diikuti dengan proses penyerangan perilaku ibadah umat-umat Islam yang merujuk pada ajaran wali, digeser dengan ilmu agama suci dari tanah Saudi-ajaran Rasul Muhammad saw. Awalnya di tanah jawa yang diamalkan ilmu Kuntadewa[4].

Di Kebumen, Mangkurat Mas alias Syech Abdul Awwal punya banyak murid, di antaranya di Guyangan, Syech Sidakarsa dan Syech Abdul Rosyid. Sebagai seorang pembawa ajaran Islam Jawa/sinkretik/ilmu kebatinan/ilmu ratu tanah jawa, Syech seorang diri mengajarkan ilmunya di daerah ini. Ada tokoh lain yang dikenal yaitu Syech Abdul Muhyi, namun dia membawa risalah Islam murni dari tanah Arab. Abdul Muhyi anak dari panembahan Sultan Imam Mahdi dari tanah Madinah.

Begitu lama merasa cukup lama bermukim di Kebumen, Syech ingat akan sebuah pesan yang tertulis di kitabnya untuk pergi ke tanah suci-naik haji. Pada saat Syech naik haji, dia menggunakan “mancung” dari pohon kelapa. Keajaiban itu bisa diwujudkan karena ilmu kebijaksanaan yang dimiliki oleh Sang Syech.

Saat mengembara ke Kebumen, Syech Abdul Awwal sudah menamatkan ilmu dari pesantren dan menikah dengan putri keraton Solo/Surakarta yang bernama Jonggrang, belum sempat bekerja mengamalkan ilmunya namun sudah didahului dengan geger perebutan kekuasaan di Yogyakarta dan pendudukan Belanda di tanah jawa. Seumur hidup, Syech Abdul Awwal hanya mempunyai satu istri yaitu Nyai Jonggrang.

Dalam cerita, R. Patah yang membawa risalah rasul Muhammad adalah putra dari pernikahan putri Cempa-Cina dengan Raja Brawijaya-raja Majapahit yang terakhir. Versi dongeng, diberi nama Patah dari makna banyu patang wulan bali ngulon meng Cina. Dulu, ratu Sriwijaya alias sang ayah putri Cempa menciptakan Putri Cempa yang berwujud jin raksasa, dicipta menjadi putri cantik seperti putri di daerah tanah Jawa. Saat sudah menjadi cantik, ia berkeliling di seluruh tanah jawa membawakan seni lagu dan tari-tarian untuk dipertunjukkan. Ratu Brawijaya melalui Patih Gajah Mada, jatuh cinta pada putri Cempa dari Palembang dan ingin mempersunting menjadi istri sebagai istri ke-41. Setelah menikah dengan Raja Brawijaya, Putri Cempa hamil dan mengidam. Yang diinginkan Putri Cempa saat mengidam adalah rujak babi. Sebagai suami, Sang Prabu menuruti permintaan istrinya dengan memerintahkan kawulanya berburu babi dan memasaknya. Setelah makan, ternyata Putri Cempa yang cantik tiba-tiba berubah ke wujud semula, seorang raksasa. Dengan perubahan wujud itu, Sang Putri menjadi malu dan segera terbang kembali ke tanah asal, Banyu patang wulan alias R. Patah dibawa serta. Sat kembali ke negerinya, Putri Cempa dipersunting oleh Arya Damar-Raja Palembang. Disana, lahirlah R. Patah. Sebagai ayah, Prabu Brawijaya berpesan agar Arya Damar tidak menghilangkan identitas R.Patah yang merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Di kemudian hari R. Patah pergi menuntut ilmu ke Mesir sehingga ia menjadi seorang alim dan kelak menjadi penyebar ajaran Islam-Rasul di tanah jawa, bahkan menyerang ayah kandungnya sendiri yang berkuasa di Majapahit yang nota benenya pemegang tradisi dan kepercayaan Hindu. R. Patah adalah anak kandung dari putri Cempa, hasil dari pernikahan keduanya dengan Prabu Brawijaya. Sedangkan sebelumnya Putri Cempa sudah pernah menikah dan berputrakan Raden Husen.

Awal sebelum R. Patah mengetahui keberadaan ayah kandungnya, ia bertanya kepada ibunya. Setelah ibunya menceritakan sebenarnya darah siapa yang mengalir pada diri R. Patah, maka segera R. Patah ingin menyusul ayah kandungnya di Majapahit. Sebelum ia tiba di Majapahit, ia singgah dulu di Demak Bintoro dan diterima oleh Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel, R. Patah dinikahkan dengan cucunya-putri Mloko, dan dijadikan Bupati Demak Bintoro. Setelah cukup lama menetap di Bintoro, R. Patah ingin melanjutkan ke Majapahit. Di tengah jalan ia bertemu dengan Sunan Giri. Saat R. Patah menyatakan maksudnya, Sunan Giri melarang dia melanjutkan niatnya dengan alasan ilmu para wali yang sudah mengakar di tanah jawa, tidak boleh diganggu gugat, diubah atau dicampuri oleh ajaran Islam yang berasal dari tanah Arab. Namun dalam kenyataannya, R. Patah yang kemudian bertemu dengan saudara tirinya R. Husen, menegakkan agama rasul di tanah jawa. Pada saat itulah para wali pemegang ajaran sinkretik mundur agar tidak terjadi pertentangan di kalangan umat. Secara garis besarnya, agama Rasul dipandang sebagai ajaran yang mengutamakan syariat sedangkan para wali dianggap sebagai pembawa ajaran tarekat. Sedangkan idealnya seorang umat adalah mengamalkan ilmu Rasul dan meneladani perilaku wali, namun sekarang tidak demikian.

Di Kebumen, tempat mukim Syech Abdul Awwal adalah di pedukuhan Kedungamba, desanya Grogol Beningsari. Namun begitu direbut oleh Belanda daerah ini termasuk desa Kebonsari. Kedungamba diambil dari makna, kedung artine jero lan amba, melambangkan begitu dalam dan luasnya ilmu wali yang dibawa oleh Syech Abdul Awwal. Saat tiba di Kedungamba, Syech Abdul Awwal membawa rasa sedih karena terusir dari istananya. Saat tiba disini sudah ada sekitar 50 orang penduduk yang menghuni Kedungamba, namun hingga kini sulit ditelusuri siapakah mereka dan berasal dari mana.

Satu cerita lagi, pada suatu saat Ratu Yogyakarta yang merupakan permaisuri Ki Ageng Giring gering (sakit), Mangkurat Mas lah yang berhasil menyembuhkannya. Sesuai dengan janji yang diucapkan Ki Ageng Giring bahwa siapapun yang berhasil menyembuhkan istrinya akan dituruti segala permintaannya. Sebagai hadiah atas keberhasilannya, Mangkurat Mas muda meminta tanah seluas serban, yaitu bumi Mataram yang di kemudian hari di tempati, Kedungamba. Sebelumnya Ki Ageng Giring telah menawarkan tanah antara sebelah timur sungai Praga sampai Sitandu, namun Mangkurat Mas menolak. Karena merupakan tanah hadiah dari Sultan maka Kedungamba disebut sebagai tanah Keputihan yang tiap tahunnya tidak terkena pajak ke Mataram, namun hanya menyetorkan bulu bekti atau glondhong pengareng-pengareng berupa padi, palawija, dll saja tiap tahun pada musim panen sado ke Mataram berpakaian jarit wiru dan blangkon. Saat menyerahkan bulu bekti, yang ikut sowan 7 orang sebagai perlambang martabat desa yaitu Lurah, Congkog, Carik, Kebayan, Kaum, Polisi dan Kamituwa. Oleh Mataram yang diberi kewenangan menjadi Lurah Kedungamba adalah Mangkurat Mas atau “Syech Abdul Awwal”. Begitu Belanda menyerang, barulah Kedungamba dikenai pajak. Zaman dulu, orang-orang tidak dikenai pajak.

Deretan makam yang ada di kanan-kiri Syech Abdul Awwal. Sebelah barat Syech adalah makam putranya Abdul Rauf yang konon ceritanya ia selalu ingin mengungguli ayahnya, misal jika ia menimba air, bukannya menggunakan wadah yang rapat malah menggunakan keranjang yang berlubang, angina yang berhembus juga berusaha ia kekang dengan diikat memakai selendang, dan berbagai perbuatan Abdul Rauf yang mengesankan ia ingin mengungguli kesaktian ayahnya. Informasi belum tertata dan diterjemahkan penuh ke dalam bahasa Indonesia.

Makam Syekh Abdul Kahfi Lemah Lanang Kebumen

Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking Kebumen

Hal lain yang menarik adalah karena makam itu berada sendirian di tengah sawah, dengan pondasi lebih tinggi dari area di sekitarnya. Ketika belum mengetahui penghuni makamnya, pikiran saya adalah jika makam itu dipertahankan sendirian maka pastilah bukan sembarang makam.

Menapaki pematang sawah kering, karena memang tidak ada jalan lain menuju ke makam, saya mengayun kaki mendekati lokasi makam seraya terus memandang waspada pada lintasan jalan tanah yang saya lalui, berharap tidak bertemu binatang melata yang tengah tidur melingkar di sana. Penampakan Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking dengan cungkup terbuka disangga empat pilar dan atap lengkung berbentuk pelana khas bangunan Tionghoa. Petak area segi empat Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking itu dibatasi dengan tatanan batu yang direkat semen dengan tinggi sekitar satu meter.

Di tengah nisan terdapat tulisan “R.A. K.R.A.T. Kalapaking III (R.A. Tan Peng Nio), istri R.M. Soleman Kertawangsa.” Lalu ada tulisan “Anak: K.R.T. Endang Kertawangsa, R.A. Mulat Ningrum” dan “Menantu: R.A. Jati Arum, R. Tjondro Dahono, R. Kertalaksana”, serta “Cucu: R. Kertawangsa Gandawijaya / Ki Pongge, R. Kertawangsa Tjandrawijaya / Ki Legowo, R.A. Eguningrum, R. Bintara Ajiwijaya, R. Harjo Jadmiko”.

Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen

Wisata Air Terjun di Kebumen

Air Terjun Sudimoro

Air Terjun Sudimoro terletak di Dusun Kalikumbang, Desa Donorojo, kecamatan Sempor. Air terjun ini memiliki tiga undakan dengan total ketinggian hingga 35 meter. Air terjun Sudimoro memiliki formasi melebar sehingga air yang jatuh akan membentuk tirai air yang begitu mengagumkan. Air terjun ini juga memiliki debit air yang deras dan stabil terlebih jika musim penghujan tiba. Hal tersebut dikarenakan Curug Sudimoro terdapat di aliran Kali Putih yang berhulu di wilayah perbukitan pererbatan Kabupaten Kebumen dengan Banjarnegara. Curug Sudimoro dikelilingi bukit-bukit seperti Bukit Sigentong, Bukit Glagah, Bukit Cikini dan Bukit Sigandil sehingga pemandangan sekitarnya yang hijau sangat memanjakan mata.

Air Terjun Silancur

Air Terjun Silancur terletak di Dusun Pujegan, Desa Wadasmalang, kecamatan Karangsambung. Air terjun Silancur memiliki ketinggian sekitar 25 meter dan berada di kawasan Cagar Alam Nasional Geologi Karangsambung pada ketinggian 220 mdpl. Air terjun ini terlihat membentuk sebuah garis putih tinggi menjulang. Bersamaan, terdengar suara gemericik air.

Tidak seperti air terjun pada umumnya yang memiliki penampungan air di bawahnya, air di Air Terjun Silancur jatuh menghantam batuan besar hingga menghasilkan percikan air yang segar. Jika terik matahari dalam keadaan sempurna, percikan air yang terbawa angin terlihat berwarna-warni seperti pelangi.

Debit airnya akan melimpah ruah di musim penghujan dan kerap kali dilanda banjir. Namun ketika musim kemarau debit airnya akan mengecil, meski tidak sampai kering.

Air Terjun Sawangan

Air Terjun Sawangan terletak di Dusun Nogosari Desa Karangduwur, kecamatan Ayah. Air terjun Sawangan memiliki ketinggian sekitar 50 meter dan berada di kawasan Kawasan Karst Gombong Selatan. Air terjun ini unik dikarekana lokasinya yang berada di pantai selatan. Jaraknya hanya 150 dari pantai. Selain itu sumber airnya berasal dari sungai bawah tanah di dalam Goa Surupan. Jika dilihat bagian atas air terjun ini adalah mulut luar sebuah goa. Air terjun ini memiliki debit air yang stabil sedangkan di musim kemarau debit airnya akan mengecil namun tak akan kering. Dibawahnya terdapat kolam namun tak telalu lebar dan lebih didominasi bongkahan batu kapur dan pecahan dan gamping. Air terjun ini juga kerap disebut Air Terjun Pelangi karena kerap memunculkan pelangi dibawah air terjun jika matahari menyinarinya.


Tempat Wisata Lainnya Dan Yang Harus Dikunjungi Di Indonesia Dan Luar Negeri

Segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Panduan ini akan membuat Anda untuk tidak melewatkan tempat penting dan memberikan pengalaman wisata Anda ke tempat-tempat yang hebat!

Klik disini untuk melihat tempat-tempat lainnya, seperti di Bali, Jogja, Paris, Tokyo, Tibet, Bogor dan masih banyak lagi.


Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: Wiki Voyage

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *