Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad 7-13)

7 min read

Kapal zaman kerajaan sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.

Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”.

Agama Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya juga merupakan pusat keagamaan di wilayah tersebut. Itu melekat pada Buddhisme Mahayana dan segera menjadi titik perhentian bagi para peziarah Buddhis Cina dalam perjalanan mereka ke India. Raja-raja Sriwijaya bahkan mendirikan biara atau kuil di Negapattam (sekarang Nagappattinam) di India tenggara.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat

Kerajaan Sriwijaya, maritim dan kerajaan komersial yang berkembang antara abad ke-7 dan ke-13, sebagian besar di tempat yang sekarang Indonesia. Kerajaan itu berasal dari Palembang di pulau Sumatra dan segera memperluas pengaruhnya dan mengendalikan Selat Malaka. Kekuatan Sriwijaya didasarkan pada kontrolnya atas perdagangan laut internasional. Ini membangun hubungan perdagangan tidak hanya dengan negara-negara di Kepulauan Melayu tetapi juga dengan Cina dan India.

Jatunya Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya terus tumbuh; pada tahun 1000 itu menguasai sebagian besar Jawa, tetapi segera kalah dengan Kerajaan Chola, sebuah kerajaan maritim dan komersial India yang menemukan Sriwijaya menjadi penghalang di jalur laut antara Asia Selatan dan Timur. Pada 1025 Chola merebut Palembang, menangkap raja dan membawa harta karunnya, dan juga menyerang bagian lain dari kerajaan.

Pada akhir abad ke-12 Sriwijaya telah direduksi menjadi sebuah kerajaan kecil dan peran dominannya di Sumatra telah diambil oleh Melayu (yang berbasis di Jambi), seorang bawahan dari Kerajaan di pulau Jawa. Sebuah kerajaan di Jawa yang bernama Kerajaan Majapahit dan yang segera mendominasi panggung politik Indonesia.

Sriwijaya taman arkeologi palembang
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya terletak di sebelah barat daya pusat kota Palembang (warna hijau). Situs ini membentuk poros yang menghubungkan Bukit Seguntang dan tepian Sungai Musi. Sumber foto: Gunawan Kartapranata / Wikimedia

Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya

Para Maharaja Sriwijaya, sebagai berikut:

Nama Raja

Tahun

Ibukota

Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa

Dapunta Hyang atau

Sri Jayanasa

671

Srivijaya

Shih-li-fo-shih

Catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa

Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi dan Palas Pasemah

Rudra Vikraman

Lieou-t’eng-wei-kong

728

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok 728-742

743-774

Belum ada berita pada periode ini

Sri Indrawarman

Shih-li-t-‘o-pa-mo

702

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok 702-716, 724

Sri Maharaja

775

Sriwijaya

Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkan Kamboja

Pindah ke Jawa (Jawa Tengahatau Yogyakarta)

Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya

Dharanindra atau

Rakai Panangkaran

778

Jawa

Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks Candi Prambanan

Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan

Samaragrawira atau

Rakai Warak

782

Jawa

Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih tahun 907

Samaratungga atau

Rakai Garung

792

Jawa

Prasasti Karang Tengah tahun 824,

825 menyelesaikan pembangunan candi Borobudur

840

Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan

Balaputradewa

856SuwarnadwipaKehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke Suwarnadwipa Prasasti Nalanda tahun 860, India
861-959Belum ada berita pada periode ini

Sri Udayaditya Warmadewa

Se-li-hou-ta-hia-li-tan

960SriwijayaSan-fo-ts’iUtusan ke Tiongkok 960, & 962
980Utusan ke Tiongkok 980 & 983: dengan raja, Hie-tche (Haji)

Sri Cudamani Warmadewa

Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa

988SriwijayaMalayagiri (Suwarnadwipa) San-fo-ts’i990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Atiśa,
Utusan ke Tiongkok 988-992-1003,
pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama
cheng tien wan shou

Sri Mara-Vijayottunggawarman

Se-li-ma-la-pi

1008San-fo-ts’iKatahaPrasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008
1017Utusan San-fo-ts’i ke Tiongkok 1017: dengan raja, Ha-ch’i-su-wa-ch’a-p’u
(Haji Sumatrabhumi (?)); gelar haji biasanya untuk raja bawahan

Sangrama-Vijayottunggawarman

1025SriwijayaKadaramDiserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawananPrasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India
1030Dibawah Dinasti Chola dari Koromandel
1079Utusan San-fo-ts’i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki candi Tien Ching di Kuang Cho (dekat Kanton)
1082Utusan San-fo-ts’i dari Kien-pi (Jambi) ke Tiongkok 1082 dan 1088
1089-1177Belum ada berita
1178Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftar koloni San-fo-ts’i

Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa

1183DharmasrayaDibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand
Kapal zaman sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad 7-13). Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur. Sumber foto: Michael J Lowe / Wikimedia Commons

Struktur pemerintahan zaman Sriwijaya

  • Masyarakat Sriwijaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuanvanuasamaryyādamandala dan bhūmi.

  • Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya.

  • Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

  • Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya).

  • Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya.

  • Jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).

  • Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua).

  • Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.

Perdagangan Sriwijaya

  • Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.

  • Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

  • Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi — dan jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya.

  • Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja.

  • Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.

  • Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu.

  • Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia.

  • Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 masehi.

  • Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifahUmar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam) dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-‘o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts’engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

  • Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

  • Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.

Penyebaran penduduk Kemaharajaan Bahari

  • Upaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijaya secara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan.

  • Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarang masuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian pulau Madagaskar.

  • Diduga penduduk yang berasal dari Sriwijaya telah mengkoloni dan membangun populasi di pulau Madagaskar yang terletak 3.300 mil atau 8.000 kilometer di sebelah barat di seberang Samudra Hindia.

  • Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Proceedings of The Royal Society, bahwa sebagian nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia. Para peneliti meyakini mereka adalah pemukim asal Kerajaan Sriwijaya.

  • Migrasi ke Madagaskar diperkirakan terjadi sekitar kurun tahun 830 M. Berdasarkan data DNA mitokondria, suku pribumi Malagasy dapat merunut silsilah mereka kepada 30 nenek moyang perempuan perintis tiba dari Indonesia 1200 tahun yang lalu.

  • Bahasa Malagasy mengandung kata serapan dari bahasa Sanskerta dengan modifikasi linguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu, hal ini merupakan sebuah petunjuk bahwa penduduk Madagaskar dikoloni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya.

  • Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijaya mengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudra Hindia.

Sejarah Nusantara – Kronologi Dari Zaman Prasejarah Sampai Sekarang

Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil hewan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah. Klik disini untuk membaca kronologi sejarah nusantara dari zaman prasejarah sampai sekarang di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “oooh begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: Britannica

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *