Suku Tengger – Bahasa, Sejarah, Agama, Tradisi, Tari Kidung Tengger

7 min read

Tarian kidung suku tengger

Suku Tengger

Wong Brama atau Suku Tengger adalah suku yang mendiami dataran tinggi sekitaran kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Penduduk suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang. Mereka disebut wong Tengger atau wong Brama.

Sebelum abad ke-15, masa lalu Suku Tengger dihubungkan dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan lain dari periode sebelumnya. Menurut legenda, Jaka Seger dan Roro Anteng adalah nenek moyang orang Tengger.

Bagi suku Tengger, Gunung Bromo atau Gunung Brahma dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo.


Agama Suku Tengger

Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Penduduk suku Tengger diyakini merupakan keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit. Nama Tengger berasal dari legenda Rara Anteng dan Jaka Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu “Teng” akhiran nama Rara An-“teng” dan “ger” akhiran nama dari Jaka Se-“ger”.

Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Rara Anteng-Jaka Seger inilah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.


Bahasa Tengger

Bahasa ini terkadang disebut Bahasa Jawa Tengger adalah bahasa yang digunakan Suku Tengger di kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru yang termasuk wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Secara linguistik, bahasa Tengger termasuk rumpun bahasa Jawa.

Beberapa orang menganggap bahasa Tengger adalah turunan bahasa Kawi dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tak digunakan lagi dalam bahasa Jawa modern.

Baca juga ? Bahasa Osing Banyuwangi


Gunung Bromo dan Suku Tengger

Suku Tengger merupakan suku asli yang mendiami wilayah dataran Gunung Bromo dan Semeru yang meliputi Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Malang, dan Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Warga suku Tengger biasa disebut dengan “Orang Tengger”. Identitas budaya dan adat istiadat suku Tengger tidak banyak dikenal. Namun Suku Tengger atau orang Tengger bukanlah suku primitif ataupun suku terasing atau suku lain yang bereda dari suku Jawa.

Populasi suku Tengger saat ini diperkirakan pada angka 500.000 jiwa (wikipedia). Seperti halnya suku – suku asli di Indonesia, suku Tengger juga tak memiliki referensi yang memadai untuk menemukan kembali budaya dan jatidirinya.

Oleh karenanya mereka hanya berpatokan pada sumber – sumber budaya setempatnya. Anehnya upaya orang Tengger menemukan kembali budayanya baru mulai menunjukkan titik terang saat adanya gerakan reformasi Hindu pada sekitar tahun 1980-an.


Profil dan Sejarah Orang Tengger

Kata Tengger berasal dari perpaduan 2 suku kata terakhir tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur mereka yakni Rara Anteng dan Jaka Seger. Rara Anteng diyakini sebagai putri Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir jelang runtuhnya kerajaan Hindu terbesar tersebut. Rara Anteng diungsikan ke pegunungan Tengger karena kerajaan Majapahit mendapat serangan dari Demak. Sementara itu Jaka Seger diyakini sebagai anak seorang Brahmana yang sedang melakukan samadhi di pegunungan tersebut.

Masyarakat Tengger tergolong sebagai sosok yang ramah dalam kesederhanaannya. Mereka menghargai dan menghormati tamu baik Lokal maupun Mancanegara yang berkunjung ke wilayahnya.

Dalam kesehariannya orang Tengger selalu berupaya menjaga keserasian antara pribadinya dengan Dewa, roh halus dan roh leluhur mereka yang sangat mereka yakini masih ada di sekitar mereka. Karena bila hal tersebut tak dilakukannya maka mereka percaya bahwa bencana akan menimpa mereka.

Menurut informasi dari pewaris aktif tradisi lisan orang Tengger (Dukun Tengger), mereka yang disebut sebagai orang Tengger adalah keturunan dari para pengungsi Majapahit. Hal itu mereka pertegas dengan kisah Rara Anteng dan Jaka Seger yang hingga sekarang diyakini sebagai asal – usul orang Tengger.

Rafles dalam bukunya The History of Java mengakui kesederhanaan, kekhasan dan kebaikan orang Tengger. Orang Tengger juga selalu hidup damai, rukun, teratur, tertib, jujur, rajin bekerja dan selalu gembira. Namun fakta unik suku Tengger, mereka tidak mengenal judi, candu, kejahatan, perzinahan serta jenis – jenis kejahatan yang lain.

Saat ini orang Tengger secara administratif terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu orang Tengger Probolinggo, orang Tengger Pasuruan, orang Tengger Malang dan orang Tengger Lumajang.


Tari Kidung Tengger

Tarian kidung suku tengger
Sendra tari kolosal kidung Tengger pada event eksotika Bromo bertempat di lautan pasir Bromo, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (13/07/2019). Acara ini di buat untuk menyambut upacara Yadnya Kasada. Sumber foto: Wikimedia Commons

Tarian itu menceritakan sosok Joko Seger dan Roro Anteng. Dalam tarian itu diceritakan sang Raja Majapahit, pergi ke lereng Gunung Bromo, dan membangun sebuah rumah, untuk tempat tinggal, hingga terjadi persembahan Jaya Kusuma anak dari pasangan Joko Seger dan Roro Anteng ke kawah Bromo.

Kisah Roro Anteng dan Joko Seger

Roro Anteng merupakan seoarang putri dari Raja Majapahit Dyah Suryawikrama, sedangkan Joko Seger adalah Putera seorang brahmana Lembu Mirunda (Ki Ajar Guntur Geni, Panembahan Ageng Bromo).

Lembu Mirunda seorang putera dari Dyah Suraprabhawa yang mengungsi ke Kuthorenon Lamajang (Blambangan) saat terjadi kekisruhan suksesi raja di Majapahit.

Ia kemudian memiliki 2 putera, Menak Sembar dan Joko Seger. Menak Sembar menjadi Patih Kerajaan Blambangan di masa pemerintahan Raja Rabut Macan Pethak.

Kelak Menak Sembar menggantikan kedudukan Rabut Macan Pethak sebagai raja Blambangan setelah menikahi Dewi Seda Merah, adik sang raja.


Mata Pencaharian

Selain petani ada pula sebagian kecil orang Tengger yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa pariwisata (menyewakan jeep, menjual souvenir, menyewakan kuda).

Mata Pencaharian Orang Tengger pada umumnya dan sebagaian besar adalah sebagai petani. Ada yang petani penggarap dan ada juga buruh tani. Hasil pertanian yang mereka geluti adalah sayur mayur.

Anehnya fakta unik suku Tengger meskipun mereka berdagang dan bergerak di jasa wisata itu semua hanyalah kerja sampingan saja dari pekerjaan pokok mereka bertani.


Keyakinan Orang Tengger

Karena meyakini sebagai keturunan pengungsi Majapahit, maka saat ini sebagian besar orang Tengger menganut keyakinan agama Hindu. Sebagian besar orang di luar suku Tengger mengakui bahwa orang Tengger merupakan keturunan pelarian Majapahit. Baca juga: Sejarah Kerajaan Majapahit (1293-1500) | Dari Awal Sampai Jatuhnya

Menurut data historis dan antropologis, orang Tengger sejak dahulu sudah beragama Hindu. Berbagai prasasti – prasasti dan pennggalan kuno yang ditemukan di wilayah dataran tinggi Tengger menunjukkan data tersebut. Selain itu japa mantra orang Tengger yang sampai saat ini diwarisi Dukun Tengger secara tak terbantahkan mengandung unsur Hinduisme.

Anehnya meskipun mengakui sebagai orang Hindu fakta unik suku Tengger masih mempertahankan tradisi keagamaan yang memuja Dewa penjaga Gunung Bromo, sebuah peribadatan suci dan percayai sebagai warisan dari nenek moyang mereka.


Panutan Orang Tengger

Beberapa orang Tengger menganggap orang yang menjadi panutannya dengan sebutan Dukun Tengger. Dukun Tengger mempunya tugas dan peran memimpin semadi, upacara agama, upacara adat, dan sebagai juru penerang agama Hindu.

Dukun -dukun tersebut diangkat melalui sebuah ujian Dukun dan disaksikan oleh warga dan dukun dari seluruh desa Tenggerpada saat berlangsungnya upacara Kasada yang diselenggarakan di Poten, Laut pasir kaki Gunung Bromo.

Dukun – dukun tersebut merupakan pewaris alat – alat ritual dan doa – doa peribadatan dari para dukun pendahulunya. Dukun – dukun yang sekarang menjabat berasal dari keturunan langsung dukun sebelumnya atau keponakan dari pihak ayah atau ibu.

Seseorang diangkat sebagai dukun setelah memenuhi persyaratan antara lain:

Memiliki pengetahuan yang luas dan mengenali tradisi Tengger, terutama tradisi lisannya.

Disetujui oleh masyarakat Tengger melalui musyawarah.
Direstui dan diangkat oleh pemerintah daerah terkait.
Dukun – dukun Tengger sekarang ini memiliki pendidikan resmi dan dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Jumlah mereka lebih kurang 40 orang dan yang biasa menghadiri perayaan Kasada sebanyak 28 orang.


Asal Mula Nama Suku Tengger

Asal mula nama Suku Tengger ini, diambil saat Joko Seger menikahi seorang gadiis cantik yang kerap di panggil dengan sapaan Rara Anteng.

Peristiwa yang sakral ini, terjadi ketika Lembu Mirunda mendapatkan tanah perdikan di daerah Bromo untuk membuka padepokan di sanalah putranya Joko dan Roro dinikahi.

Setelah menikah mereka membangun pemukiman yang diberi nama Desa Tengger yang diambil dari nama belakang Rara An-TENG dan Joko Se-GER.

Kemudian mereka memerintah di kawasan Tengger yang digelari sebagai Purbowasesa “Mangkurat Ing Tengger” atau artinya Penguasa Tengger yang Budiman.

Mereka hidup di kawasan Gunung Bromo, mengingat bahwa bromo adalah Brahma yang merupakan Dewa Brahma yang tak lain adalah dewa untuk agama Hindu.

Mereka juga pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu umumnya yang memiliki candi atau kuil sebagai tempat peribadatan.

Untuk saat ini mereka mempunyai satu pura yaitu Pura Poten Bromo yang berada tepat di lautan pasir Gunung Bromo. Hingga kini mereka yang mengaku sebagai keturunan dari Kerajaan Majapahit.

Suku ini, sangat berpegang teguh pada adat dan istiadat Hindu lama yang menjadi pedoman hidup mereka.

Keberadaan suku Tengger ini juga sangat dihormati oleh penduduk sekitar karena menerapkan hidup dalam kesederhana’an dan kejujuran.


Ciri-Ciri Suku Tengger

Untuk ciri ciri suku Tengger yang membedakanya dengan masyarakat lain khususnya laki laki memakai kain sarung yang dililitkan dilehernya, serta memakai pengikat kepala atau kupluk.

Sedangkan untuk kaum perempuan mereka biasanya memakai selendang dalam kehidupan sehari harinya.

Keunikan yang dimiliki oleh suku tersebut menjadikan suku itu dilirik oleh banyak peneliti, tak jarang para mahasiswa ikut andil dalam melakukan penelitian tentang Kebudayaan Suku Tengger.

Dari berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa mereka masih memegang teguh kearifan lokal yang mereka miliki walau zaman sudah modern.


Tradisi Suku Tengger yang berasal dari provinsi Jawa Timur

Orang Tengger mempunyai banyak tradisi unik atau upacara adat. Dalam keyakinan mereka ritual adat bukan hanya warisan budaya leluhur yang harus dipelihara dan dijaga tetapi juga penanda identitas yang harus dilestarikan.

Dalam tradisi Tengger ada 2 upacara besar yaitu:

1. Upacara Kasada atau perayaan Kasada atau hari raya Kasada, atau Kasodoan yang sekarang disebut Yadnya Kasada

Upacara Kasada merupakan hari kurban sebagai wujud pelaksanaan amanah dari leluhur mereka Roro Anteng dan Joko Seger yang telah rela mengorbankan dirinya demi kesejahteraan dan keselamatan ayah, ibu serta para saudaranya. Upacara Kasada dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 14, 15 atau 16 bulan Kasada.

Pada saat itu bulan punama sedang menampakkan wajah penuhnya. Perayaan Kasada sudah menjadi legitimasi budaya dan komunikasi budaya yang efektif antara orang Tengger Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Selain itu upacara Kasada juga memberitahu kepada orang luar Tengger bahwa orang Tengger meskipun tinggal terpisah namun secara tradisi, adat dan budaya mereka adalah satu kesatuan yang utuh dan memiliki identitas budaya serta warisan keagamaan yang sama.

2. Upacara Karo atau perayaan Karo orang Tengger dilaksanakan pada bulan ke-2 kalender Tengger.

Upacara ini mirip dengan perayaan Lebaran dimana pada hari tersebut orang Tengger saling kunjung – mengunjungi untuk mengucapkan selamat hari raya Karo dan saling bermaaf – maafan. Berbagai hidangan khas Tengger disediakan oleh orang Tengger. Mereka menyembelih hewan ternak dan memasak sayur mayur hasil kebun mereka. Bagi yang tidak mampu, pengadaan ternak yang akan disembelih dilakukan secara gotong royong. Bagi orang Tengger perayaan Karo adalah hari yang ditunggu – tunggu oleh mereka. Durasi perayaan Karo cukup lama sekitar 2 minggu mereka rayakan dengan penuh suka cita, pesta pora, seolah – olah orang Tengger ingin menebus seluruh kecapekan dan kejenuhan kerja yang telah dijalaninya selama satu tahun.

Selain 2 upacara besar diatas masih banyak lagi upacara adat yang lain seperti perkawinan, kelahiran, kematian dan lain – lain. Dalam setiap upacaa adat tersebut dukun Tengger selalu membacakan doa yang mereka sebut puja mantra.

Fakta unik Suku Tengger yang lainnya adalah hingga saat ini Tengger tercatat sebagai wilayah yang angka kriminalitasnya hampir nihil. Anehnya hampir di semua wilayah orang Tengger jarang sekali terjadi tindak kriminalitas.

Hal ini tentunya merupakan kabar baik bagi anda yang ingin berwisata ke Gunung Bromo, karena kita tak akan khawatir mengalami kejadian pencopetan, perampasan ataupun kriminalitas lainnya yang biasa terjadi di daerah – daerah tujuan wisata.


Daftar Suku Bangsa di Indonesia – Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia


Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: WikipediaCNN IndonesiaInput Bali

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *