Budi Utomo dan Tonggak Kebangkitan Pribumi di Indonesia Pada Masa Hindia Belanda

4 min read

Budi utomo boedi oetomo

Organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo)

(Bahasa Belanda: Boedi Oetomo), Budi Utomo yang berarti Kecerdasan Tinggi dengan menggunakan Filosofi Utama atau “Prime Philosophy“, adalah masyarakat politik pribumi pertama di Hindia Belanda. Masyarakat yang berpolitik tersebut dianggap berperan pada awal dan tonggak Kebangkitan Nasional Indonesia.

Didirikan oleh dr Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo menjadi organisasi modern pertama di Indonesia.

Baca juga ? Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) – Sejarah, Tokoh, Peristiwa, Latar Belakang

Siapakah Budi Utomo?

Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr.Soetomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Anggota awal

Anggota pertama juga berasal dari bangsawan Jawa, pejabat dan cendekiawan. Dokter lain, Dr. Tjipto Mangunkusumo, membuka asosiasi untuk kelas pekerja dan orang Indisch dari pulau-pulau lain2. Pada tahun 1910, ia memiliki 10.000 anggota dan 40 cabang1. Itu kemudian secara resmi diakui oleh pemerintah kolonial.

Oleh karena itu, tujuan asli Budi Utomo bukanlah tujuan politis. Namun, ia segera memperoleh perwakilan di Volksraad (Dewan Rakyat) dan di dewan regional di Jawa. Organisasi ini dibubarkan pada tahun 1935.

Tujuan Organisassi Budi Utomo

  • Menyadarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri.
  • Berusaha meningkatkan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan bangsa dengan memperdalam kesenian dan kebudayaan.
  • Menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat Fokus pada masalah pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
  • Membuka pemikiran penduduk Hindia  belanda seluruhnya tanpa melihat perbedaan keturunan, kelamin, dan agama. Dari tujuan tersebut, Boedi Oetomo secara tersirat mencakup kehormatan bangsa.
  • Bangsa yang terhormat adalah bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan bangsa lain. Sedangkan Bangsa Indonesia saat itu tidak terhormat karena dijajah Belanda. Dari tujuan tersebut, organisasi ini memiliki cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum Nasiona Indonesia.

Namun, hal ini tetap tidak bisa mendeklarasikan sebagai organisasi politik secara teranng-terangan. Karena Belanda selalu mengawasi pergerakan Budi Utomo dengan ketat. Bahkan rapat-rapat yang dilakukan Budi Utomo selalu diawasi. Budi Utomo sempat dianggap sebagai ancaman bagi kedudukan bangsawan yang saat itu menjadi penguasa birokrasi dan bekerja sama dengan Belanda.

Sejarah Budi Utomo

Budi Utomo berasal dari upaya Mas Wahidin Sudirohusodo (1852–1917), seorang pensiunan dokter Jawa yang, mencoba mengangkat orang Jawa melalui studi pengetahuan Barat serta warisan budaya mereka sendiri, berupaya mendapatkan dukungan untuk dana beasiswa untuk siswa Indonesia.

Usahanya didukung oleh pelajar Jawa yang berpendidikan Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) dan kemudian oleh bangsawan Jawa dan priyayi (elit). Mereka bertemu di Yogyakarta pada tahun 1908 dan mendirikan Boedi Oetomo, yang bertujuan meningkatkan status budaya dan ekonomi orang Jawa.

Budi utomo boedi oetomo
Budi Utomo dan Tonggak Kebangkitan Pribumi di Indonesia Pada Masa Hindia Belanda. Karena hubungan bangunan dengan kelahiran Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang hari ini secara resmi menjadi Hari Kebangkitan Nasional sejak 1948, bangunan ini dipulihkan oleh pemerintah Jakarta pada April 1973. Bangunan ini secara resmi dijadikan bangunan bersejarah oleh kemudian Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 dengan nama Gedung Kebangkitan Nasional. Sumber foto: Wikimedia Commons

Organisasi budaya Jawa

Sebagai organisasi budaya Jawa, Budi Utomo tumbuh pesat, dan pada akhir 1909 mengklaim memiliki 40 cabang dengan 10.000 anggota, kebanyakan dari mereka adalah pelajar dan pegawai negeri. Tujuan mereka yang diungkapkan jauh melampaui minat Wahidin dalam meningkatkan peluang pendidikan bagi orang Indonesia; mereka menyerukan dorongan pertanian dan perdagangan dan penyebaran pemikiran humanistik. Betapapun banyak anggotanya menekankan budaya Jawa, Budi Utomo berasumsi bahwa kemajuan berarti mengadopsi lembaga-lembaga sosial dan politik Barat.

Kepemimpinan dipegang oleh kaum konservatif yang menolak aktivitas politik oleh kelompok, tetapi mereka semakin ditentang oleh anggota yang lebih muda dan lebih agresif. Keefektifan Boedi Oetomo akhirnya dilemahkan oleh daya tarik orang-orang yang menyukai aksi langsung terhadap Barat dan oleh organisasi-organisasi politik yang lebih radikal dan tegas seperti Sarekat Islām, sebuah partai proto-nasionalis. Keanggotaan di Boedi Oetomo turun tajam setelah 1910, tetapi organisasi ini penting sebagai model bagi kelompok-kelompok nasionalis kemudian. Itu dibubarkan pada tahun 1935.

Hari lahirnya Budi Utomo

Kelahiran Budi Utomo pada 20 Mei 1908, secara resmi diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia sejak 1948.

Museum Kebangkitan Nasional

Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta didedikasikan untuk Kebangkitan Nasional Indonesia, terutama karena bangunan itu adalah mantan lembaga STOVIA yang dianggap terkait dengan kelahiran Boedi Oetomo. Bangunan ini awalnya dibuat menjadi empat museum: Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers, dan Museum Kesehatan dan Kedokteran. Pada tanggal 7 Februari 1984, keempat museum itu digabungkan menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Bangunan museum ini dibangun dari tahun 1899 hingga 1901. Pada bulan Maret 1902, bangunan ini secara resmi dibuka dengan nama STOVIA, sekolah kedokteran kolonial untuk orang Jawa dan penduduk asli lainnya. Siswa diwajibkan untuk tinggal di asrama sampai menyelesaikan studi 10 tahun.

Pada tahun 1920, karena meningkatnya jumlah mahasiswa, studi dilakukan di gedung baru (sekarang fasilitas Kedokteran Universitas Indonesia). Bangunan itu kemudian digunakan sebagai sekolah MULO (setara dengan sekolah menengah pertama), AMS (setara dengan sekolah menengah atas) dan sekolah untuk asisten apoteker.

Selama pendudukan Jepang, bangunan itu digunakan oleh Jepang untuk menampung para tahanan perang Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan itu digunakan sebagai tempat tinggal sementara untuk KNIL dan keluarga mereka.

Musium

Karena hubungan bangunan dengan kelahiran Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang hari ini secara resmi menjadi Hari Kebangkitan Nasional sejak 1948, bangunan ini dipulihkan oleh pemerintah Jakarta pada April 1973. Bangunan ini secara resmi dijadikan bangunan bersejarah oleh kemudian Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 dengan nama Gedung Kebangkitan Nasional (“Gedung Kebangkitan Nasional”). Penghuni sebelumnya dipindahkan ke daerah Cengkareng.

Bangunan ini awalnya dibuat menjadi empat museum: Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers, dan Museum Kesehatan dan Kedokteran. Pada tanggal 7 Februari 1984, keempat museum itu digabungkan menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Kegiatan Budi Utomo di Kancah Politik: Organisasi yang Mengancam Belanda

Kegiatannya di kancah politik dimulai ketika Perang Dunia I yaitu 1 Agustus 1914. Di mana Jerman mengumumkan perang kepada Rusia, disusul Perancis pada 3 Agustus 1914 mengumumkan perang padad Jerman. Pada 4 Agustus 1914 Inggris mengumumkan perang kepada Jerman, sehingga meletus peperangan tersebut.

Bersamaan dengan itu, Boedi Oetomo melakukan gerakan-gerakan di bidang politik, di antaranya: Melancarkan isu politik, bahwa mempertahankan diri sendiri lebih penting dari serangan bangsa lain.

Mendukung adanya gagasan wajib militer bagi bangsa pribumi. Mengirim Komite Indie Weerbaar ke Belanda uintuk memperkuat pertahanan Hindia Belanda.

Anggota Boedi Oetomo diperbolehkan untuk ikut dalam Volksraad (Dewan Rakyat). Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan Anggota Volksraad. Untuk menunjang kegiatan politiknya, Boedi Oetomo menerbitkan majalah bulanan dengan nama Goeroe Desa.

Hari kebangkitan nasional Harkitnas
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei – Sejarah, Tokoh, Peristiwa, Latar Belakang. Ilustrasi dan sumber foto: Wikimedia Commons

Bacaan Lainnya

Sumber bacaan: Britannica