20 Mei Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) | Sejarah, Tokoh, Peristiwa, Latar Belakang

3 min read

Hari kebangkitan nasional Harkitnas

Hari Kebangkitan Nasional

Sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, disingkat Harkitnas, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

Kapan hari kebangkitan nasional?

Diperingati setiap tanggal 20 Mei.

Budi utomo boedi oetomo
Budi Utomo dan Tonggak Kebangkitan Pribumi di Indonesia Pada Masa Hindia Belanda. Karena hubungan bangunan dengan kelahiran Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang hari ini secara resmi menjadi Hari Kebangkitan Nasional sejak 1948, bangunan ini dipulihkan oleh pemerintah Jakarta pada April 1973. Bangunan ini secara resmi dijadikan bangunan bersejarah oleh kemudian Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 dengan nama Gedung Kebangkitan Nasional. Sumber foto: Wikimedia Commons

Apakah makna dari Hari Kebangkitan Nasional?

Kebangkitan nasional adalah masa di mana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan Negaranya. Beberapa negara yang dalam sejarahnya mengalami kebangkitan nasional antara lain:

Kebangkitan Nasional Indonesia dimulai tahun 1908 dengan berdirinya Budi Utomo (Tonggak Kebangkitan Pribumi) dan berakhir dengan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Baca juga ? Kedutaan Besar AS Melacak Pembunuhan Massal G30SPKI Indonesia (1965) – Arsip Kedubes AS Jakarta Dibuka

Tokoh-tokoh yang mempelopori Kebangkitan Nasional

Antara lain yaitu:

Hari kebangkitan nasional Harkitnas
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei – Sejarah, Tokoh, Peristiwa, Latar Belakang. Ilustrasi dan sumber foto: Wikimedia Commons

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Asal usul

Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tetapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.

Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Tionghoa pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis “Als ik eens Nederlander was” (“Seandainya aku seorang Belanda”), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena “boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Peristiwa apa yang menjadi latar belakang ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional adalah hari yang menjadi momentum perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang ditandai dengan kelahiran organisasi Budi Oetomo pada tahun 1908. Dan dibawah ini, adalah beberapa fakta menarik mengenai hari bersejarah ini:

1. Hari Kebangkitan Nasional Jadi Pertentangan

Hari Kebangkitan Nasional yang selaraskan dengan hari kelahiran Boedi Oetomo (20 Mei 1908) menjadi perdebatan banyak orang. Peneliti sejarah bahkan menggugatnya, lantaran menilai Boedi Oetomo yang beranggotakan kaum priayi Jawa memiliki visi kebangsaan yang sangat sempit. Belum bicara tentang Indonesia saat itu, melainkan hanya Jawa.

Selain itu, sejak pendirian hingga peleburannya ke Partai Bangsa Indonesia/Parindra pada tahun 1935, Boedi Oetomo tidak pernah menjadi gerakan politik. Organisasi ini berisikan kaum priayi, yang sangat menaati dan menaruh hormat kepada pemerintah kolonial.

2. Hari Kebangkitan Nasional Dirayakan Pertama Kali pada 1948

Peringatan pertama ini dilakukan di Yogyakarta, di era Presiden Soekarno. Saat itu, sang Presiden menunjuk Ki Hajar Dewantara sebagai ketua panitianya. Melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang pertama, Soekarno ingin merangkul semua pihak yang saat itu terpecah oleh partai politik, untuk bersama-sama melawan Belanda.

3. Peringatan Harkitnas Besar-besaran Berlangsung pada 1958

Setelah peringatan pertama dilakukan pada tahun 1948, peringatan Harkitnas secara besar-besaran kembali dilakukan 10 tahun kemudian, tepatnya 20 Mei 1958.

Dalam peringatan ini, Bung Karno menyampaikan pidato berbunyi: “Kenapa kita tanggal 20 Mei 1958 ini mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional setjara hebat? …. Memang benar, Budi Utomo adalah satu serikat jang ketjil. Tudjuannja pun belum djelas sebagai tudjuan kita sekarang ini. Tetapi Saudara-saudara, marilah kita tindjau terbangunnja Budi Utomo itu dari sudut jang lain…. Benar 20 Mei 1908 sekedar satu “kriwikan” kata orang Djawa-dan belum “grodjogan”. Jang kita peringati ialah bahwa 20 Mei 1908 itu berisi kemenangan satu azas, kemenangan satu beginsel. Tidak ada satu bangsa jang tjukup baik untuk memerintah bangsa lain. No nation is good enough to govern another nation.”

4. Orang Pertama yang Setuju Hari Kebangkitan Nasional Jatuh Pada Tanggal 20 Mei

Ada setidaknya lima tokoh, yang kala itu secara terang-terangan menyatakan bahwa 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional. Salah satu yang paling menonjol adalah Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara yang saat itu sedang menjalani masa pembuangan di Belanda.

Ia menulis artikel di Nederlandsch-Indie Oud & Nieuw terbitan tahun ketiga, 1918-1919. Di awal artikelnya, Ki Hajar Dewantara menulis: “Tanpa ragu kini saya berani menyatakan bahwa tanggal 20 Mei adalah Hari Indisch-nationaal (Indisch-nationale dag).”

Bacaan Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *