Gunung Merapi di Jawa Tengah – Yogyakarta

7 min read

Gunung Merapi

Gunung Merapi

Gunung Merapi di Indonesia meletus pada Sabtu, 11 Maret 2023 memuntahkan awan panas hingga tujuh kilometer, kata badan penanggulangan bencana negara itu dalam sebuah pernyataan.

Gunung berapi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia itu meletus sekitar pukul 12 siang waktu setempat (0500 GMT) dan aliran lahar sepanjang 1,5 km teramati, kata otoritas setempat.

Adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung Merapi memiliki ketinggian puncak 2.930 m dpl, per 2010.

Gunung ini adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi.

Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik yang tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Batulawang yang lebih tua.
Baca juga ? Daftar Gunung Berapi Di Indonesia

Geologi Gunung Merapi

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn.

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia; yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.

Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap:

  • Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 – 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik.
  • Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 – 2000 tahun lalu); ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas.
  • Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1–2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra (sebuah material yang diproduksi oleh letusan gunung berapi).

Rute pendakian Merapi

Gunung Merapi merupakan objek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sélo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Plalangan, Selo, Boyolali, Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar 4-5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Baca juga ? Cara Mendaki Gunung Merapi

Keyakinan dan kepercayaan (mitos) Gunung Merapi – 9 Tokoh makhluk halus penghuni Merapi

Merapi dianggap sebagai tempat suci oleh orang Jawa. Di Yogyakarta, itu adalah salah satu dari dua ujung sumbu simbolik yang menghubungkannya dengan “Laut Selatan” (yaitu Samudra Hindia) yang melewati Kraton, istana kerajaan Yogyakarta.

Menurut tradisi, Panembahan Senopati, penguasa pertama kerajaan kedua Mataram, memiliki ikatan yang mendalam dengan para guru spiritual Merapi. Yang terakhir berjanji untuk melindungi kerajaan, pengadilan Yogyakarta menunjuk pelayan tertentu, juru kunci atau “penjaga” Merapi, yang tinggal di desa Kinahrejo, di sisi selatan gunung berapi.

Setiap tahun, adanya persembahan untuk menghormati gunung berapi. Ketika Merapi bergemuruh, persembahan dibuat untuk menenangkannya dalam bentuk tandu yang diisi dengan jagung, sayuran, dan uang palsu, yang isinya dituangkan ke sungai.

Buat mereka keberadaan Merapi itu tidak hanya gejala panjang geologis, tapi karena proses alam yang adikrodati. Di sana ada kehidupan, karena ada yang menggerakkan.

Eyang Merapi – begitu warga lereng Merapi menyebutnya – menugaskan makhluk halus yang disebar di berbagai arah guna menjaga keselarasan alam. Mereka punya nama, tugas dan bahkan tanggung jawab berat, yaitu menjaga keharmonisan alam.

Berikut ini 9 tokoh lelembut penghuni Merapi yang dipercaya ada, bahkan beberapa di antaranya sering dipuja-puji dalam upacara labuhan Keraton Yogyakarta.

Eyang Rama dan Eyang Permadi

Dua makhluk halus kakak-beradik ini dipercaya sebagai danyang gunung – tokoh utama seluruh lelembut penghuni Merapi.

Mereka pegang pucuk pimpinan, penguasa gunung yang juga masyur dengan sebutan EyangMerapi.

Nyai Gadung Melati

Pimpinan dedemit wanita berseragam warna gadung melati atau hijau daun. Konon tugasnya memelihara kesuburan dan kehijauan segala tanaman gunung.

Kartadimejo

Sebagai komandan pasukan makhluk halus sekaligus penjaga ternak dan satwa gunung, tokoh ini cukup dikenal akrab penduduk. Di samping sebagai gembala, dialah yang mendatangi penduduk untuk memberi tahu kapan tepatnya Merapi meledak.

Kiai Petruk

Namanya seperti tokoh wayang. Tapi setan satu ini kelewat masyhur dan jadi tokoh dambaan penduduk di saat-saat kritis Merapi. Di pundak Kiai Petruk inilah keselamatan penduduk lereng gunung tergantung.

Lewat mimpi dia sering berdialog dengan penduduk – menjelaskan cara-cara bagaimana menyelamatkan diri menghindari banjir lahar dan hujan abu.

Eyang Antaboga

Pimpinan makhluk halus di dasar gunung mengemban tugas paling berat.

Yaitu menjaga keseimbangan gunung agar tak melorot dan tenggelam ke bumi.

Eyang Megantara

Pimpinan setan di pucuk gunung, bertugas menjaga keseimbnagan cuaca. Konon, dedemit ini berkendaraan kuda terbang melayang di atas gunung dan sesekali memperlihatkan diri kepada penduduk.

Itu sebabnya perlengkapan sesaji labuhan Keraton Yogya, kadang perlu mempersembahkan pakaian kuda yang terkenal disebut Kiai Cekatak.

Kiai Wola-Wali

Dedemit (makhluk halus) penjaga teras keraton Merapi.

Kiai Sapuangin

Pimpinan roh halus khusus mengatur arah dan lambat cepatnya deru angin gunung.

Eyang Sapujagad

Dia adalah pemuka makhluk halus penunggu kawah Merapi sekaligus kunci penentu meletus tidaknya gunung.

Maka demi keselamatan raja dan ketenteraman rakyat Mataram, setiap tahun Keraton Yogyakarta mengadakan ritual labuhan yang ditujukan kepada Eyang Sapujagad berikut bawahannya seperti Kiai Kucing Wesi, Branjang Kawat dan lain-lain.

Baca juga ? Setan, Hantu, Roh Jahat di Indonesia – Pengertian dan Mitologi

Gunung Merapi
Puncak Gunung Merapi pada tahun 1930. Sumber foto: Collectie Tropenmuseum

Gunung Merapi Meletus (Erupsi) Beberapa kali

Terjadi erupsi Gunung Merapi, Sabtu, tanggal 28 Maret 2020 pukul 05:21 WIB

Erupsi tercatat di seismogram dgn amplitudo 50 mm dan durasi 180 detik. Teramati tinggi kolom erupsi 2000 m. Arah angin saat erupsi ke Barat.

Rekomendasi:

  • Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.
  • Area dalam radius 3 km dari puncak G. Merapi agar tidak ada aktivitas manusia.
  • Masyarakat agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awanpanas maupun letusan eksplosif.
  • Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak G. Merapi.
  • Informasi aktivitas G. Merapi dapat diakses melalui radio komunikasi pada frekuensi 165.075 Mhz, melalui telepon (0274) 514180/514192, website www.merapi.bgl.esdm.go.id, dan media sosial BPPTKG (facebook: infobpptkg, twiter: @bpptkg)

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna RED, terbit pada tanggal 27 Maret 2020 pukul 11:15:00 WIB. Abu vulkanik teramati dengan ketinggian 7968 m di atas permukaan laut atau sekitar 5000 m di atas puncak. VONA terakhir terkirim kode warna GREEN, terbit pada tanggal 27 Maret 2020 pukul 18:38:00 WIB. Erupsi tidak teramati. VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit pada tanggal 27 Maret 2020 pukul 21:49:00 WIB. Abu vulkanik teramati dengan ketinggian 3968 m di atas permukaan laut atau sekitar 1000 m di atas puncak.

Melalui rekaman seismograf pada 27 Maret 2020 tercatat:

3 kali Gempa Letusan
2 kali Gempa Guguran
20 kali Gempa Hembusan
17 kali Gempa Low Frequency
3 kali Gempa Hybrid/Fase Banyak
1 kali Gempa Vulkanik Dangkal
1 kali Gempa Tektonik Jauh
Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Erupsi dengan ketinggian kolom abu sekitar 4142m, tanggal 19 Mei 2018 pukul 17:37 WITA

VONA terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 19 Mei 2018 pukul 17:37 WITA, terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu sekitar 4142 m di atas permukaan laut atau sekitar 1000 m di atas puncak, angin bertiup ke tenggara.

Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Merapi (2968 m dpl) mengalami erupsi tidak menerus.
Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Telah terjadi erupsi freatik mencapai 5500 m di atas puncak Gunung Merapi pada tanggal 11 Mei 2018 pukul 7:40 WIB

Dengan durasi kegempaan 5 menit. Ketinggian kolom erupsi mencapai 5500 m di atas puncak. Erupsi yang terjadi bersifat freatik (dominasi uap air).  Erupsi berlangsung satu kali dan tidak diikuti erupsi susulan. Sebelum erupsi freatik ini terjadi, jaringan seismik G.
Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Erupsi Gunung Merapi 2010

Seorang siswa SD tengah mengemudikan sepeda ketika erupsi Merapi 2010.
  • Peningkatan status dari “normal aktif” menjadi “waspada” pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi “siaga” sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi “awas” dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
  • Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.
  • Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
  • Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap “Awas”. Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

Erupsi Gunung Merapi – Meletus Tahun 2006

  • Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
  • Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik – artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.
  • Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
  • Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09.40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

Bacaan Lainnya

Sumber bacaan: Wikipedia, Badan Geologi – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeologiVolcano Discovery

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *