Kerajaan Pasai (1267–1521) – Samudra Pasai Sebagai Kerajaan Islam Pertama di Indonesia – Kesultanan Samudra Pasai – Sejarah, Penjelasan dan Asal Usul

7 min read

Kerajaan Pasai (1267–1521) - Samudra Pasai Sebagai Kerajaan Islam Pertama di Indonesia - Kesultanan Samudra Pasai - Sejarah, Penjelasan dan Asal Usul

Kerajaan Pasai

Kerajaan Pasai merupakan gabungan dua kerajaan Hindu, yaitu Samudra dan Pasai, dengan raja Meurah Silue yang kemudian bergelar Sultan Malik as-Saleh.

Beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat (cerita) Raja-raja Pasai dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.

Antropolog era kolonial seperti sejarah Snouck Hurgronje dan Jean-Pierre Marquette, juga menunjukkan bukti keberadaan Kerajaan Pasai sebelum penaklukan Kerajaan Aceh pada tahun 1524.

Pada masa jayanya, Samudra Pasai merupakan pusat perniagaan penting yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Pada masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir, Kerajaan Samudra Pasai mengeluarkan mata uang emas (koin emas) yang disebut Dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Baca juga ? Sejarah Nusantara – Nama Kerajaan Islam Di Indonesia (1200-Sekarang)

Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudra di desa Beuringin, kecamatan Samudra, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar.

Pada masa jayanya, Samudra Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudra Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudra mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

Letak Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Pasai terletak kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan utara pantai Aceh, Pulau Sumatera di antara abad ke-13 hingga abad ke-15. Raja pertamanya bergelar Malik as-Salleh telah mangkat pada tahun 696 Hijrah atau 1297, atau menurut hikayat bernama Merah Silu. Hanya sedikit sahaja bukti yang ditinggalkan untuk membolehkan kajian atas dasar sejarah kerajaan ini.

Pengukuhan Pasai sebagai peradaban Islam pertama di Indonesia, juga terjadi dalam dua momentum seminar nasional, yaitu 17-20 Maret 1963 di Medan dan 10-16 Juli di Banda Aceh. Bahkan, dalam seminar tersebut ditemukan juga dalil-dalil tentang jejak Kerajaan Pasai sejak abad ke-11.

Salah satu dokumen tertua tentang keberadaan Kerajaan Pasai disebut Imago Mundi, yang ditulis oleh petualang Venesia Marco Polo. Ia masih sempat bertemu dengan Sultan Malikussaleh (1292). Kesaksian etnografi Marco Polo di Pasai dan tujuh kerajaan lainnya di Sumatera (hanya 6 kerajaan yang pernah dia kunjungi). Perlak adalah tempat pertama yang dia jelajahi. Selain Pasai dan Perlak yang beragama Islam, kerajaan lain dikatakan masih menganut agama pagan dan tradisi Kanibal.

Kunjungan Ibnu Bathutah

Seorang musafir Arab, Ibn Bathutah mengunjungi Pasai pada tahun 1346 M. Dalam bukunya Rihlah. Ia menceritakan tentang Sultan Malikul Thahir, putra sulung Sultan Malikussaleh, ia adalah seorang raja yang murah hati, adil dan suka bepergian ke seluruh negeri untuk menyebarkan Islam. Oleh karena itu ketika ia meninggal oleh kaumnya diadakan “Malikul Adil”.

Bukti arkeologis

Beberapa bukti arkeologis seperti “mengganggu” upaya validitas Pasai sebagai kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara. Telah ada upaya untuk menjadikan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama dengan menggunakan fakta palsu, kuburan yang dijuluki 840 M.

Begitu pula memajukan Barus sebagai kerajaan Islam tertua di nusantara dengan dalil bahwa para pedagang Muslim telah memasuki kawasan ini sejak abad pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi 625-642 M), tetapi tidak memiliki arus sejarah yang kuat.

Jenis pemerintahan kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Pasai dikenal memiliki pemerintahan yang relatif modern, penggunaan mata uang emas pertama di kerajaan Islam Asia Tenggara, kekuatan militer, serta perdagangan internasional dan hubungan politik.

Penegasan orbit selain Pasai sebagai pusat peradaban Islam pertama di Asia Tenggara (khususnya Indonesia) dilakukan bukan dengan pendekatan sejarah, tetapi etnografis, pendekatan sejarah. Orang-orang di sana (Perlak dan Barus) percaya bahwa daerah mereka adalah titik awal Islam, bukan Pasai.

Nama Penguasa Kerajaan Pasai (Sultan dan Ratu)

Berikut adalah nama-nama penguasa Kesultanan Samudra Pasai:

NoPeriodeNama Sultan atau GelarCatatan dan peristiwa penting
11267 – 1297Sultan Malik ul Salih atau  (Malik Al Saleh (Meurah Silu)Pendiri kerajaan Samudra Pasai
21297 – 1326Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad IMemperkenalkan koin emas
31326 – 133?Sultan Ahmad IDiserang oleh Kerajaan Karang Baru, Tamiang
4133? – 1349Sultan Al-Malik azh-Zhahir IIDikunjungi oleh Ibnu Batutah (berhasil mengelilingi puluhan negara pada abad ke-14 untuk menjalankan misi siar agama dan juga perdagangan)
51349 – 1406Sultan Zainal Abidin IDiserang oleh Majapahit
61406 – 1428Ratu NahrasyiyahMasa kejayaan Samudra Pasai
71428 – 1438Sultan Zainal Abidin II
81438 – 1462Sultan Shalahuddin
91462 – 1464Sultan Ahmad II
101464 – 1466Sultan Abu Zaid Ahmad III
111466 – 1466Sultan Ahmad IV
121466 – 1468Sultan Mahmud
131468 – 1474Sultan Zainal Abidin IIIDigulingkan oleh kakaknya
141474 – 1495Sultan Muhammad Syah II
151495 – 1495Sultan Al-Kamil
161495 – 1506Sultan Adlullah
171506 – 1507Sultan Muhammad Syah IIITerdapat dua kuburan
181507 – 1509Sultan Abdullah
191509 – 1514Sultan Ahmad VMalaka jatuh ke tangan Portugis (1511) terjadi ketika laksamana Portugis Afonso de Albuquerque menaklukkan kota Malaka
201514 – 1517Sultan Zainal Abidin IV

Kemajuan Kerajaan Pasai

1. Perdagangan

Saat itu kota-kota di Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan Internasional dan merupakan pintu gerbang menuju Nusantara. Hubungan baik dengan Kerajaan Malaka yang saat itu ramai sebagai pusat perdagangan dunia menjadikan Kerajaan Samudra Pasai sebagai pelabuhan maju.

2. Buah cemara

Berada di dekat pantai. Kerajaan Samudra Pasai menjadi kerajaan bahari yang kuat. Pelayaran di Kerajaan Samudra Pasai menjadi ramai. Hal ini didukung pula oleh mayoritas penduduk kerajaan berprofesi sebagai nelayan.

3. Ekonomi

Di bidang ekonomi Kerajaan Samudra Pasai mendapatkan kemajuan yang pesat. Koin emas sebagai alat tukar. Ditambah pengiriman dan perdagangan yang cepat membuat kerajaan ini terkenal kaya dan makmur. Saat kerajaan itu menjadi pemasok lada yang dikenal dunia.

Orang-orang kerajaan menanam Lada dan memanennya setiap 2 kali setahun. Masyarakat juga memiliki sapi perah untuk menghasilkan susu yang dijadikan keju untuk diperdagangkan ke negara-negara eropa. Hal itulah yang membuat salah satu kerajaan yang terletak di Selat Malaka menjadi makmur.

4. Hubungan internasional

Kerajaan Samudra Pasai memiliki hubungan baik dengan beberapa kerajaan di sekitarnya. Seperti Kerajaan Malaka dimana sering terjadi pernikahan antara kedua sultan tersebut. Kerajaan juga telah menjalin hubungan baik dengan Cina dengan mengirim adik sultan pergi ke sana untuk menimba ilmu.

Namun hubungan yang kurang baik juga terjalin dengan Raja Nakur yang mengakibatkan Kerajaan Nakur menyerang Kerajaan Samudra Pasai yang mengakibatkan Raja Pasai terbunuh.

Runtuhnya Kerajaan Pasai

Menjelang akhir zaman kekuasaan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa perselisihan di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin memberitahu Sultan Pasai Sultan Melaka meminta bantuan untuk memadamkan pemberontakan.

Namun, Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukkan Melaka pada tahun 1511, kemudian pada tahun 1524 wilayah Pasai telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Peninggalan Kerajaan Samudra Passai

beberapa peninggalan drai Kerajaan Samudra Passai di antaranya sebagai berikut:

Cakra Donya

Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M. Ukurannya tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol kombinasi aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca lagi.

Berdasarkan catatan sejarah, lonceng ini merupakan hadiah dari Laksamana Cheng Ho kepada Sultan Pasai. Ketika itu, Cheng Ho sedang menggelar satu ekpedisi sehingga tiba di Tanah Rencong. Berselang satu abad kemudian, Kerajaan Pasai berada di dalam kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam.

Lonceng tersebut kemudian dibawa ke pusat kerajaan oleh Sultan Ali Mughayatsyah. Ketika masa Sultan Iskandar Muda memimpin pada abad ke-17, lonceng hadiah ini selanjutnya ditaruh di dalam kapal perang Aceh. Nama Cakra Donya sendiri diambil dari nama kapal perang yang dimiliki kerajaan Aceh.

“Cakra Donya itu kapal induk Aceh. Ukurannya hampir sama besar dengan kapal layar Ma Ho (Cheng Ho)”.

Ketika masih dalam kekuasaan Sultan Iskandar Muda, lonceng Cakra Donya dipakai sebagai alat pemanggil jika ada hal-hal darurat terjadi di laut. Namun ketika kapal induk Aceh dirampas Portugis, keberadaan lonceng ini sempat berpindah tangan.

“Setelah kapal induk tersebut dirampas oleh Portugis, lonceng dikembalikan ke sultanan,” jelas pria yang akrab disapa Cek Midi ini.

Usai dikembalikan, lonceng ditempatkan di kompleks Istana Darud Dunia di sudut kanan Masjid Raya Baiturrahman. Fungsinya pun berubah. Dari semula sebagai kode jika ada darurat, kemudian jadi alat untuk memanggil orang salat dan penanda waktu berbuka puasa dan lainnya.

Berdasarkan informasi pada prasasti di bawah lonceng, pada abad ke-19, lonceng Cakra Donya digantung di bawah pohon di depan kantor regional Belanda Kutaraja. Pada Desember 1915, lonceng tersebut kemudian menjadi koleksi Museum Aceh.

“Jadi lonceng Cakra Donya ini rampasan perang milik Kerajaan Pasai”.

Lalu siapa Laksamana Cheng Ho yang memberi hadiah tersebut?

Menurut Cek Midi, Cheng Ho merupakan sosok Muslim yang taat. Dia melakukan ekspedisi ke Aceh untuk memperdalam agama. Dalam ekspedisi itulah Cheng Ho menyerahkan lonceng untuk Sultan Pasai sebagai hadiah. Pada prasasti di Museum Aceh, tertulis lonceng tersebut sebagai penanda harmonisasi Kesultanan Pasai dengan Dinasti Ming.

“Cheng Ho ini merupakan seorang China muslim. Seorang Tionghoa yang taat beragama,”

Makam Sultan Malik Al-Shaleh

Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudra letaknya kurang lebih 17km sebelah timur kota Lhokseumawe.

Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir

Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan Samudra Pasai pada tahun 1287 sampai 1326M. letak makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.

Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah

Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit dari khalifah Al-Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai. Makam terletak di Gampong Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi kaligrafi.

Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Adalah puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terletak di Gampong Meunje Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisannya berhiasakan kaligrafi berbahasa Kawi dan Arab.

Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samdera Pasai yang dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam ini terletak di Gampong Beuringen Kec Samdera. Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18.

Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam. Di temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samdera, Kabupaten Aceh Utara. Saat ditemukan stempel dalam keadaan patah pada bagian gagangnya.

Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M, naskah atau surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran.

Uang Dirham

Zaman dahulu uang Dirham tidak memakai pake kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di Kerajaan Samudra Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas. Koin ini berukuran mungil, berdiameter 10 mm dengan 0,6 gram setiap koinnya.

Dirham ini dicetak dengan 2 jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak digunakan sebagai alat transaski, terutama tanah.


Sejarah Nusantara – Nama Kerajaan Islam Di Indonesia (1200-Sekarang)


Bacaan Lainnya

Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai

Respons “Ooo begitu ya…” akan sering terdengar jika Anda memasang applikasi kita!

Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!

Sumber bacaan: Britannica, Tengkuputeh.com, Steemit, Wiki Wand, Gutenberg Project, Steemit

Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *